BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Peningkatan
profesionalisme keperawatan di Indonesia dimulai sejak diterima dan diakuinya
keperawatan sebagai profesi pada Lokakarya Nasional Keperawatan (1983). Sejak
saat itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional,
Departemen Kesehatan dan organisasi profesi, diantaranya adalah dengan membuka
pendidikan pada tingkat sarjana, mengembangkan Kurikulum Diploma III
keperawatan, mengadakan pelatihan bagi tenaga keperawatan, serta mengembangkan
standar praktik keperawatan. Upaya penting lainnya adalah dibentuknya
Direktorat Keperawatan di Departemen Kesehatan di Indonesia. Semua upaya
tersebut bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme keperawatan agar mutu
asuhan keperawatan dapat ditingkatkan.
Walaupun sudah
banyak hal positif yang telah dicapai di bidang pendidikan keperawatan, tetapi
gambaran pengelolaan layanan keperawatan belum memuaskan. Layanan keperawatan
masih sering mendapat keluhan masyarakat, terutama tentang sikap dan kemampuan
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien atau keluarga.
Layanan
keperawatan yang ada di Rumah Sakit masih bersifat okupasi. Artinya, tindakan
keperawatan yang dilakukan hanya pada pelaksanaan prosedur, pelaksanaan tugas
berdasarkan instruksi dokter. Pelaksanaan tugas tidak didasarkan pada tanggung
jawab moral serta tidak adanya analisis dan sintesis yang mandiri tentang
asuhan keperawatan. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan restrakturing,
reengineering, dan redesigning system pemberian asuhan keperawatan melalui
pengembangan Model Metode Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) yang akan
dibahas dalam makalah ini.
Peningkatan
profesionalisme keperawatan di Indonesia dimulai sejak diterima dan diakuinya
keperawatan sebagai profesi pada Lokakarya Nasional Keperawatan (1983). Sejak
saat itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional,
Departemen Kesehatan dan organisasi profesi, diantaranya adalah dengan membuka
pendidikan pada tingkat sarjana, mengembangkan Kurikulum Diploma III
keperawatan, mengadakan pelatihan bagi tenaga keperawatan, serta mengembangkan
standar praktik keperawatan. Upaya penting lainnya adalah dibentuknya
Direktorat Keperawatan di Departemen Kesehatan di Indonesia. Semua upaya
tersebut bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme keperawatan agar mutu
asuhan keperawatan dapat ditingkatkan. Walaupun sudah banyak hal positif yang
telah dicapai di bidang pendidikan keperawatan, tetapi gambaran pengelolaan
layanan keperawatan belum memuaskan.
Layanan
keperawatan masih sering mendapat keluhan masyarakat, terutama tentang sikap
dan kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien atau
keluarga. Layanan keperawatan yang ada di Rumah Sakit masih bersifat okupasi.
Artinya, tindakan keperawatan yang dilakukan hanya pada pelaksanaan prosedur,
pelaksanaan tugas berdasarkan instruksi dokter. Pelaksanaan tugas tidak
didasarkan pada tanggung jawab moral serta tidak adanya analisis dan sintesis
yang mandiri tentang asuhan keperawatan. Untuk mengatasi masalah tersebut
diperlukan restrakturing, reengineering, dan redesigning system pemberian
asuhan keperawatan melalui pengembangan Model Metode Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP) yang akan dibahas dalam makalah ini.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah
defenisi dari system perorganisasian?
2. Apa
saja factor – factor yang mempengaruhinya?
3. Apakah
defenisi metode fungsional, keuntungan, kerugian dan contoh penerapannya?
4. Apakah
defenisi dari metode tim, keuntungan, kerugian dan contoh penerapannya?
5. Apakah
defenisi metode kasus, keuntungan, kerugian dan contoh penerapannya?
6. Apakah
defenisi metode primer, keuntungan, kerugian dan contoh penerapannya?
7.
Apakah defenisi metode modifikasi,
keuntungan, kerugian dan contoh penerapannya?
1.3 TUJUAN
a. Untuk
mengetahui defenisi dari system perorganisasian.
b. Untuk
mengetahui factor-faktor apa saja yang mempengaruhinya.
c. Untuk
mengetahui defenisi, keuntungan, kerugian dan contoh penerapan dari metode
fungsional.
d. Untuk
mengetahui defenisi, keuntungan, kerugian dan contoh penerapan dari metode tim.
e. Untuk
mengetahi defenisi, keuntungan, kerugian
dan contoh pnerapan dari metode kasus.
f. Untuk
mengetahui defenisi, keuntungan, kerugian dan contoh penerapan dari metode
primer.
g.
Untuk mengetahui defenisi, keuntunga,
kerugian dan contoh penerapan dari metode modifikasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFENISI
Perorganisasian
merupakan proses penyusunan anggota dalam bentuk struktur organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi dengan sumber daya yang dimiliki dan lingkungan yang
melingkupinya baik intrn maupun ekstern. Dua aspek utama dalam organisasi yaitu
depertemensasi dan pembagian kerja yang merupakan dasar perorganisasian.
James D. mooney
mengatakan “Organisasi yaitu bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai
tujuan bersama“ sedang Chester I. Bernard memberikan pangertian organisasi
yaitu suatu system aktivitas kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih. Organisasi merupakan proses untuk merancang struktur formal,
mengelompokkan dan mengatur serta membagi ugas diantara para anggota untuk
mencapai tujuan.
1.
Organisasi
Dalam Arti Statis
Organisasi
dalam arti statis berarti melihat organisasi sebagai sesuatu yang tidak
bergerak atau diam. Ada berbagai macam pandangan tentang organisasi dalam arti
statis, antara lain sebagai berikut :
A. Organisasi
dipandang sebagai wadah atau sebagai alat yang berarti :
a) Organisasi
sebagai alat pencapaian tujuan yang ditetapkan sebelumnya
b) Organisasi
merupakan wadah daripada sekelompok orang (group Of people) yang mengadakan
kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
c) Organisasi
sebagai wadah atau tempat di mana administrasi dan manajemen dijalankan yang
memungkinkan administrasi dan menajemen itu bergerak sehingga memberi bentuk
pada administrasi dan manajemen.
d) Organisasi
dipandang sebagai jaringan dari hubungan kerja yang bersifat formal seperti
yang tergambar dalam suatu bagan dengan mempergunakan kotak-kotak yang beraneka
ragam. Disetiap kotak-kotak tersebut
memberikan gambaran tentang kedudukan atau jabatan yang 1 harus diisi oleh
orang-orang yang memenuhi persyaratan sesuai dengan fungsi masing-masing.
B. Organisasi
dipandang sebagai saluran hirarki kedudukan atau jabatan yang ada yang
menggambarkan secara jelas tentang garis wewenang, garis komando dan garis tanggungjawab.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa organisasi dalam arti statis merupakan
wadah atau tempat kegiatan administrasi dan manajemen berlangsung dengan
gambaran yang jelas tentang saluran hirarki daripada kedudukan, jabatan
wewenang, garis komando dan tanggungjawab.
2.
Organisasi
Dalam Arti Dinamis
Organisasi
dalam arti dinamis berarti memandang organisasi sebagai suatu organ yang hidup,
suatu organisme yang dinamis. Memandang organisasi sebagai organisme yang
dinamis berarti memandang organisasi tidak hanya dari segi bentuk dan wujudnya,
tetapi juga melihat organisasi itu dari segi isinya. Isi daripada organisasi
adalah sekelompok orang-orang yang melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan
bersama. Organisasi dalam arti dinamis berarti menyoroti aktivitas atau
kegiatan yang ada didalam organisasi, serta segala macam aspek yang berhubungan
dengan usaha pencapaian tujuan yang hendak dicapai. Banyak terdapat berbagai
macam pandangan tentang organisasi dalam arti dinamis, sebagai berikut :
1. Organisasi
dalam arti dinamis berarti organisasi itu selalu bergerak mengadakan pembagian
tugas atau pekerjaan sesuai dengan system yang telah ditentukan serta sesuai
pula dengan lingkup daripada organisasi itu.
2. Organisasi
dalam arti dinamis berarti memandang organisasi itu dari segi isinya, yaitu
sekelompok orang yang melakukan kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Jadi
organisasi dalam arti dinamis menyoroti unsur manusia yang ada di dalamnya.
Manusia merupakan unsur terpenting dari seluruh unsur organisasi karena hanya
manusialah yang memiliki sifat kedinamisan. Organisasi dalam arti dinamis
selalu diharapkan kepada dua macam kemungkinan, yaitu :
a. Kemungkinan
untuk tumbuh dan berkembang, yaitu berarti organisasi selalu bergerak untuk
tumbuh dan berkembang sesuai tuntutan zaman.
b. Pertumbuhan
dan perkembangan organisasi dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif. Yang
lebih penting adalah pertumbuhan dan perkembangan organisasi yang bersifat
kualitatif.
c. Kemungkinan
organisasi itu akan mati. Hal ini merupakan ancaman dan tantangan yang mau
tidak mau harus dapat diatasi.
Kematian
organisasi merupakan tantangan dalam arti bahwa orangorang yang tergabung dalam
organisasi itu diharapkan dengan berbagai masalah atau persoalan dalam tingkat
atau kadar persoalan yang berbedabeda. Setiap masalah harus dapat diatasi,
karena apabila tidak dapat diatasi akan menjadi hambatan atas jalannya
organisasi. Kematian organisasi merupakan ancaman, yang berarti segenap
aspirasi yang ditampung dalam organisasi akan bubar berantakan.
Ancaman
kematian suatu organisasi dapat bersumber dari dalam maupun dari luar. Ancaman
yang datang dari dalam adalah ancaman yang datangnya dai anggota sendiri,
misalnya: para anggota bersifat statis, tidak mau menerima perubahan (metode)
baru, tidak ada rasa memiliki dari para anggota dan lain sebagainya. Ancaman
yang datangnya dari luar adalah anacaman yang datangnya dari berbagai
organisasi lain dalam bentuk persaingan, baik secara wajar (persaingan sehat)
maupun secara tidak sehat (tidak wajar), baik persaingan itu dilakukan secara
terbuka (terang-terangan) maupun secara tertutup (terselubung).
Organisasi
dalam arti dinamis berarti organisasi selalu bergerak, tumbuh dan berkembang
untuk mempertahankan eksistensinya. bergerak, tumbuh dan berkembangnya
organisasi pada dasarnya merupakan kenyataan hidup. Dari uraian di atas kita
dapat mengatakan bahwa organisasi dalam arti dinamis merupakan proses kerjasama
antara orang-orang yang tergabung dalam suatu wadah tentu untuk mencapai tujuan
bersama seperti yang telah disampaikan secara bersama pula.
Proses
adalah langkah-langkah yang harus dilalui. Langkah-langkah yang harus dilalui
dalam usaha mencapai tujuan bersama dimulai dari proses perencanaan (planning),
proses pengorganisasian (organizing), pemberian motivasi (motivating), proses
pengawasan (controlling) dan proses pengambilan keputusan (decision making).
Proses tersebut sering disebut sebagai fungsi manajemen sehingga organisasi
dalam arti dinamis disebut pula organisasi sebagai fungsi, yaitu organisasi
yang member kemungkinan manajemen untuk bergerak.
Organisasi
sebagai proses juga memandang organisasi dari segi interaction antara
orang-orang yang ada di dalam organisasi itu. Interaksi yang terjadi di dalam
organisasi dapat berlangsung secara formal (hubungan-hubungan formal), dan
secara informal (hubungan-hubungan informal). Hubungan formal adalah
hubungan-hubungan yang mengikuti pola seperti yang telah diatur dalam dasar
hukum pendirian organisasi, sesuai struktur organisasi, seperti yang telah
ditetapkan secara resmi oleh pimpinan.
Hubungan
informal adalah hubungan-hubungan yang terjadi
dalam organisasi yang tidak terikat oleh dasar hukum pendirian
organisasi, tidak terikat oleh struktur organisasi, tidak terikat oleh hirarki,
tidak terikat oleh aturan-aturan yang ditetapkan secara resmi oleh pimpinan
organisasi. Oleh karena itu hubungan-hubungan informal tidak tampak dalam
struktur organisasi atau tidak tergambar dalam bagan organisasi.
Hubungan-hubungan
informal berdasarkan kepada hubunganhubungan pribadi atau personal relations,
dan atas dasar kesamaan kepentingan di dalam organisasi. Interaksi yang terjadi
didalam organisasi dapat terjadi antara atasan dengan bawahan, antara bawahan
dengan atasan, bawahan dengan bawahan, atasan dan atasan. Dengan kata lain
interaksi yang terjadi di dalam organisasi dapat terjadi secara vertical,
horizontal maupun secara diagonal. Baik buruknya organisasi sangat ditentukan
oleh keserasian interaksi, kemampuan dan hubungan kerja yang terjadi didalam
organisasi. Oleh karena itu organisasi dalam arti dinamis atau dalam arti
proses lebih banyak menyoroti factor manusia dalam organisasi.
Kesimpulan
yang dapat kita ambil lebih lanjut ialah bahwa organisasi itu tidak hanya
sekedar sebagai wadah saja, tetapi juga sebagai system kerja-sama, sebagai
sistem tata hubungan kerja dan sebagai proses pembagian tugas.
a. Organisasi
sebagai sistem kerja sama dapat diartikan dengan berbagai cara, yaitu sebagai
berikut:
b. Organisasi
sebagai sistem kerjasama, adalah suatu sistem mengenai pekerjaan-pekerjaan yang
dirumuskan dengan baik, dan masingmasing pekerjaan itu mengandung wewenang, tugas
dan tanggungjawab tertentu yang memungkinkan orang-orang dari suatu organisasi
dapat berkerjasama secara efektif dalam usaha mencapai tujuan bersama.
c. Organisasi
sebagai sistem kerja dalah suatu sistem penugasan pekerjaan kepada orang-orang
yang mengadakan kerjasama yang mengkhususkan diri dalam suatu bidang tertentu
dari suatu tugas bersama.
d. Organisasi
sebagai kerjasama adalah suatu sistem daripada aktivitasaktivitas kerjasama
dari sekelompok orang yang mengadakan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
e. Organisasi
sebagai sistem kerjasama adalah suatu sistem yang terencana daripada usaha
kerjasama dengan memberikan peran kepada setiap orang untuk dijalankan,
wewenang, tugas dan tanggungjawab untuk dilaksanakan.
Organisasi
sebagai sistem tata-hubungan kerja dapat diberi pengertian dengan berbagai
cara, yaitu sebagai berikut:
1) Organisasi
sebagai sistem tata-hubungan kerja, adalah suatu system tata-hubungan kerja
yang sangat rumit tetapi sistematis sehingga dapat menimbulkan suatu bentuk
kerjasama yang baik dan serasi di antara para anggota atau antar unit satuan
kerja yang ada sebagai usaha untuk mencapai tujuan bersama.
2) Organisasi
sebagai proses pembagian tugas dapat diberi pengertian dengan berbagai cara,
yaitu sebagai berikut:
a) Organisasi
sebagai proses pembagian tugas, adalah suatu proses menetapakan dan
mengelompokkan jenis pekerjaan yang akan dilakukan serta merumuskan suatu
pelimpahan wewenang dan tanggungjawab yang memungkinkan orang-orang yang diserahi tugas itu dapat bekerjasama
secara efisien dan efektif dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b) Organisasi
sebagai proses pembagian tugas, adalah proses kegiatan menghimpun secara
teratur atas bagian-bagian yang saling bergantung satu sama lain sehingga
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang bulat, bersatu padu dalam
usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c) Organisasi
sebagai proses pembagian tugas, adalah suatu proses pembagian tugas atau
pekerjaan serta mengatur dan menentukan bagian atau orang-orang yang diserahi
untuk memikul tugas dan tanggungjawab dari suatu bentuk usaha.
d) Organisasi
sebagai proses pembagian tugas, adalah suatu proses kegiatan penyusunan,
pengembangan, pemeliharaan daripada pola hubungan kerja dari bagian-bagiab atau
orang-orang yang ada dalam suatu bentuk usaha.
Dari
pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa organisasi sebagai proses pembagian
tugas mamandang organisasi dari segi sistem distribusi tugas sehingga
masing-masing pejabat atau masing-masing unit satuan kerja memegang tugas
tertentu. Disamping itu masih banyak definisi organisasi sebagai proses yang
dikemukakan oleh para ahli, dengan cara dan bahasa yang berbeda-beda. Dua
diantaranya adalah
Organization as the
process of dividing up work or arranging personal to handle the work of the
enterprise. Artinya Organisasi adalah sebagai proses pembagian
tugas, mengatur pegawai-pegawai untuk memikul tugas atau pekerjaan dari suatu
badan usaha (Yoseph Kingsbury & Robert Wilcox 1961).
Organization is the act
or process of bringing together or arranging the related groups of the agency
into a working whole. Artinya Organisasi merupakan suatu
kegiatan atau suatu proses menghimpun atau mengatur kelomok-kelompok yang
saling mengadakan hubungan dari unit perwakilan ke dalam suatu pekerjaan yang menyeluruh
(Muninjaya Gde, 2004).
Definisi
organisasi menurut beberapa ahli diantaranya :
1. James
D. Mooney : Organization is the form of
every human association for the attainment of common purposes. Artinya
Organisasi merupakan bentuk dari setiap perserikatan manusia untuk mencapai
suatu tujuan bersama.
2. John
D. Millet : Organization is people
working together, and so it takes on characteristics of human relationships
which are involved in group detivity. Artinya Organisasi adalah orang-orang
yang bekerjasama dengan mengandung cirri-ciri dari hubungan kemanusiaan yang
timbul di dalam kegiatan kelompok.
3. Dwight
Waldo : Organization is the structure of
authoritative and habitual personal interrelations in an administrative systems.
Artinya: Organisasi merupakan struktur
daripada hubungan-hubungan ata dasar wewenang dan bersifat tetap dalam suatu
sistem administrasi.
4. Chester
I. Barnard : Organization is a system of
cooperation activities of two or more persons something intangible and
impersonal, largely a matter of relationships. Artinya Organisasi merupakan
suatu system usaha bersama antara dua orang atau lebih, sesuatu yang tidak
berwujud dan tidak bersifat pribadi, yang sebagia besar mengenai
hubungan-hubungan kemanusiaan.
Terdapat
beberpa hal yang mencirikan bahwa sekumpulan orang yang ada dalam organisasi
tersebut didasari :
a. adanya
kerjasama di antara kelompok orang dalam ikatan formal
b. adanaya
tujuan bersama serta kepentingan yang sama yang akan dicapai
c. adanya
pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab yang teratur
d. adanya
hubungan formal dan ikatan tata tertib yang baik
e. adanya
pekerjaan yang akan dikerjakan, dan adanya hukum organization
Wewenang
(authority) merupakan bagian dari mata organisasi. Wewenang merupakan alat dan
dasar hukum dari organisasi untuk bertindak dan memerintah orang atau pihak
lain. Tanpa ada wewenang terhadap suatu pekerjaan/tugas janganlah melakukan
pekerjaan/tugas, karenat tidak mempunyai
dasar hukum untuk melaksanakannya. Dalam
menyelenggarakan organisasi terdapat beberapa sumber dan jenis wewenang
masing-masing sumber dan jenis tersebut mempunyai implikasi terhadap hubungan
antara pemimpin staf atau anggota dan juga mekanisme kerjanya. Sumber dan
jenis-jenis wewenang tersebut adalah seperti berikut yang dikutip dari Buku
Manajemen Sumber Daya Manusia ( H. Malayu S.P. Hasibuan,2000 ).
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
ORGANISASI
1.
Leadership
Kepemimpinan
meliputi proses memproses dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi
perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki
kelompok dan budayanya. Kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan
motivasi. Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan seorang pemimpin dalam
menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat
tergantung kepada kewibawaan, dan juga pimpinan itu dalam menciptakan motivasi
dalam diri setiap orang bawahan, maupun atasan pimpinan itu sendiri.
2. Budaya
Adanya
konsep budaya yang dikembangkan oleh pakar oraganisasi menjadi bagian yang erat
kaitannya dengan aspek-aspek pengembangan organisasi. Maka muncullah istilah
“Budaya Organisasi”. secara sederhana budaya organisasi dapat didefinisikan
sebagai nilai-nilai dan cara bertindak yang dianut organisasi (beserta para
anggotanya) dalam hubungannya dengan pihak luar. Secara umum, perusahaan atau
organisasi terdiri dari sejumlah orang dengan latar belakang kepribadian, emosi
dan ego yang beragam. Hasil penjumlahan dan interaksi berbagai orang tersebut
membentuk budaya organisasi.
3. Iklim
Organisasi
Iklim
organisasi merupakan karakteristik yang membedakan satu organisasi dengan
organisasi lainnya dan mempengaruhi orang-orang dalam organisasi tersebut.
Beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kelompok (teamwork) dalam bekerja
dapat dikategorikan sebagai berikut :
A. Tujuan
Visi, misi
dan tujuan yang jelas akan membantu team dalam bekerja. Namun hal tersebut
belum cukup jika visi, misi dan tujuan yang ditetapkan tidak sejalan dengan
kebutuhan dan tujuan para anggota.
B. Tantangan
Manusia
dikarunia mekanisme pertahanan diri yang di sebut “fight atauflight syndrome”.
Ketika dihadapkan pada suatu tantangan, secara nalurimanusia akan melakukan
suatu tindakan untuk menghadapi tantangan tersebut (fight) atau menghindar
(flight). Dalam banyak kasus tantangan yang ada merupakan suatu rangsangan
untuk mencapai kesuksesan. Dengan kata lain tantangan tersebut justru merupakan
motivator.
Namun demikian
tidak semua pekerjaan selalu menghadirkan tantangan.Sebuah team tidak selamanya
akan menghadapi suatu tantangan. Pertanyaannya adalah bagaimana caranya
memberikan suatu tugas atau pekerjaan yang menantang dalam interval. Salah satu
criteria yang dapat dipakai sebagai acuan apakah suatu tugas memiliki tantangan
adalah tingkat kesulitan dari tugas tersebut. Jika terlalu sulit, mungkin dapat
dianggap sebagai hal yang mustahil dilaksanakan, maka team bisa saja menyerah
sebelum mulai mengerjakannya. Sebaliknya, jika terlalu mudah maka team juga
akan malas untuk mengerjakannya karena dianggap tidak akan menimbulkan
kebanggaan bagi yang melakukannya.
C. Keakraban
Team yang
sukses biasanya ditandai dengan sikap akraban satu sama lain, setia kawan, dan
merasa senasib sepenanggungan. Para anggota team saling menyukai dan berusaha
keras untuk mengembangankan dan memelihara hubungan interpersonal. Hubungan
interpersonal menjadi sangat penting karena hal ini akan merupakan dasar
terciptanya keterbukaan dan komunikasi langsung serta dukungan antara sesama
anggota team.
D.
Tanggungjawab
Secara umum,
setiap orang akan terstimulasi ketika diberi suatu tanggungjawab. Tanggungjawab
mengimplikasikan adanya suatu otoritas untuk membuat perubahan atau mengambil
suatu keputusan. Team yang diberi tanggungjawab dan otoritas yang proporsional
cenderung akan memilikimotivasi kerja yang tinggi.
E. Kesempatan
Untuk Maju
Setiap orang
akan melakukan banyak cara untuk dapat mengembangkan diri,mempelajari konsep
dan ketrampilan baru, serta melangkah menuju kehidupan yang lebih baik. Jika
dalam sebuah team setiap anggota merasabahwa team tersebut dapat memberikan
peluang bagi mereka untuk melakukanhal-hal tersebut di atas maka akan tercipta
motivasi dan komitment yang tinggi. Hal ini penting mengingat bahwa
perkembangan pribadi memberikan nilai tambah bagi individu dalam meningkatkan
harga diri.
F. Kepemimpinan
Tidak dapat
dipungkiri bahwa leadership merupakan faktor yang berperan penting dalam
mendapatkan komitment dari anggota team. Leader berperan dalam menciptakan
kondisi kondusif bagi team untuk bekerja dengan tenang dan harmonis. Seorang
leader yang baik juga dapat memahami 6 faktor yang dapat menimbulkan motivasi
seperti yang disebutkan diatas.
2.3 DEFENISI METODE FUNGSIONAL,
KEUNTUNGAN, KERUGIAN DAN CONTOH PENERAPAN
1. Defenisi
Metode Fungsional
Model
fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan
sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Terbatasnya jumlah dan kemampuan
perawat saat itu, maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi
keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan orientasi
tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu
berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2002).
Metode
fungsional penugasan asuhan keperawatan terdiri dari pemisahan tugas
keperawatan yang terlibat dalam setiap perawatan pasien dan penugasan
masing-masing anggota, staf keperawatan untuk melakukan satu atau dua fungsi
bagi semua pasien dalam sebuah unit. Sistem tugas mengacu pada ilmu manajemen
dalam bidang administrasi bisnis yang berfokus pada tugas yang harus
diselesaikan. Perawat dengan pendidikan kurang akan melakukan tindakan yang
lebih ringan dibandingkan dengan perawatan profesional. Model ini dibutuhkan
pembagian tugas (job description), prosedur, kebijakan dan alur komunikasi yang
jelas. Metode ini cukup ekonomis dan efisien serta mengarahkan pemusatan
pengendalian. Kelemahan dari metode ini adalah munculnya fragmentasi
keperawatan dimana pasien menerima perawatan dari berbagai kategori tenaga
keperawatan.
2. Keuntungan
a. Menerapkan
manajemen kalasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik.
b. Perawat
senir menyibukkan diri dengan tuga manajerial, sedangakan perawatan pasien
diserahkan kepada perawat junior dan atau perawat yan belum berpengalaman.
Sangat cocok untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
c. Kekurangan
tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman untuk satu
tugas yang sederhana.
d. Memudahkan
kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik yang praktek untuk
ketrampilan tertentu.
3. Kerugian
a. Tidak
memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
b. Pelayanan
keperawatan terpisah – pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan.
c. Persepsi
perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja.
d. Kebutuhan
pasien secara individu sering terabaikan
e. Pelayanan
pasien secara individu sering terabaikan
f. Pelayanan
terputus-putus
g. Kepuasan
kerja keseluruhan sulit dicapai
4. Contoh
Penerapan
a. Kepala
Ruangan :
Tugasnya adalah
merencanakan pekerjaan, menentukan kebutuhan perawatan pasien, membuat
penugasan, melakukan supervise, menerima instruksi dokter.
b. Perawat
Staf :
Melakukan askep langsung
pada pasien, membantu revisi askep yang diberikan oleh pembantu tenaga
keperawatan.
c. Perawat
Pelaksana :
Melaksanakan askep
langsung pada pasien, melaksanakan askep pasien dalam masa pemulihan kesehatan,
melaksanakan askep pada pasien dengan penyakit kronik dan membantu tidakan
sederhana (ADL).
d. Perawat
Pembantu :
Membantu pasien dengan melaksanakan
perawatan mandiri untuk mandi, membanatu perawat untuk membenahi tempat tidur,
membantu membagikan alat tenun pasien.
2.4 DEFENISI METODE TIM, KEUNTUNGAN,
KERUGIAN DAN CONTOH PENERAPAN
1. DEFENISI
METODE TIM
Metode
pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat professional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif &
kolaboratif (Douglas, 1992).
Metode
ini dirancang oleh Elanor Lambertson pada tahun 1950-an yang digunakan untuk
mengatasi fragmentasi dari metode
orientasi pada tugas dan memenuhi peningkatan tuntutan kebutuhan perawat
profesional yang muncul karena kemajuan teknologi, kesehatan dan peralatan. Tim
keperawatan terdiri dari perawat profesional (registered nursing),
perawat praktis yang mendapat izin serta pembantu perawat. Tim bertanggung
jawab dalam memberikan asuhan keperawatan kepada sejumlah pasien selama 8-12
jam. Metode ini lebih menekankan segi manusiawi pasien dan para perawat anggota
dimotivasi untuk belajar (Nursalam, 2007).
Pokok
yang harus diketahui adalah konfrensi tim yang dipimpin ketua tim, rencana
asuhan keperawatan dan keterampilan kepemimpinan. Tujuan metode keperawatan tim
adalah untuk memberikan perawatan yang berpusat pada klien. Perawatan ini
memberikan pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personil adalah media
untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan anggota tim. Melalui
pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan,
mengidentifikasi kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan
kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu menyusun dan memenuhi standar
asuhan keperawatan.
Pengembangan
metode tim ini didasarkan pada falsafah mengupayakan tujuan dengan menggunakan
kecakapan dan mampuan anggota kelompok. Metode ini juga didasari atas yakinan
bahwa setiap pasien berhak memperoleh pelayanan baik. Selain itu, setiap staf
berhak menerima bantuan melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan yang baik
sesuai kemampuannya. Dalam keperawatan, metode diterapkan dengan menggunakan
sama tim perawat yang terogen, terdiri dari
perawat profesional, non-profesional, dan pembantu perawat untuk memberikan
asuhan keperawatan pada sekelompok pasien. Ketua tim (perawat profesional)
memiliki tanggung jawab dalam perencanaan, kelancaran, dan iluasi dan asuhan
keperawatan untuk semua pasien yang di lakukan oleh tim di bawah tanggung
jawabnya. Di samping itu, ketua tim mempunyai tugas untuk melakukan supervise
kepada semua anggota tim dalam implementasi dan tindakan keperwatan, dan
melakukan evaluasi hasil dan asuhan keperwatan.
Tujuan
pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan adalah untuk memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien sehingga pasien merasa
puas. Selain itu, metode tim dapat meningkatkan kerja sama dan koordinasi
perawat dalam melaksanakan tugas, memungkinkan adanya transfer of knowledge dan
transfer of experiences di antara perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dan motivasi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan.
Sesuai
dengan tujuan tersebut maka tugas dan tanggung jawab keperawatan harus
benar-benar diarahkan dan direncanakan secara matang untuk keberhasilan asuhan
ke perawatan.sebagaimana diketahui bahwa satu tim keperawatan terdiri dan 2
orang perawat atau lebih yang bekerja sama dalam pemberian asuhan keperawatan.
Ketua tim seharusnya perawat profesional yang sudah berpengalaman dalam
memberikan asuhan keperawatan dan ditunjuk oleh perawat kepala ruang (nurse unit
manager). Selanjutnya, ketua tim akan melaksanakan tugas yang didelegasikan
oleh perawat kepala ruang bersama-sama dengan anggota tim. Tugas dan tanggung
jawab ketua tim menjadi hal yang harus diperhitungkan secara cermat. Tugas dan
tanggung jawab tersebut diarahkan untuk melakukan pengkajian dan penyusunan
rencana keperawatan untuk setiap pasien yang berada di bawah tanggung jawabnya,
membagi tugas kepada semua anggota tim dengan mempertimbangkan kemampuan yang
dimiliki anggota tim dan kebutuhan pasien yang harus dipenuhi mengontrol dan
memberikan bimbingan kepada anggota tim dalam melaksanakan tugasnya apabila
diperlukan, melakukan evaluasi terhadap hasil kerja anggota tim, menerima
laporan tentang perkembangan kondisi pasien dan anggota tim.
Tugas
dan tanggung jawab lain yang harus diperhatikan oleh ketua tim adalah
mengontrol perkembangan kesehatan setiap pasien, mencatat hal-hal yang terjadi
pada pasien terutama yang tidak diinginkan, melakukan revisi rencana
keperawatan apabila diperlukan, melaporkan perkembangan pasien kepada perawat
kepala ruang serta kesulitan yang dihadapi apabila ada. Selain itu, tugas dan
tanggung jawab ketua tim, yaitu memimpin pertemuan tim untuk menerima laporan,
memberi pengarahan serta membahas masalah yang dihadapi, menjaga komunikasi
yang efektif, melakukan pengajaran kepada pasien, keluarga pasien dan anggota
tim serta melengkapi catatan yang dibuat anggota tim apabila diperlukan.
Dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan metode ini, ketua tim harus memiliki
kemampuan untuk mengikut sertakan anggota tim dalam memecahkan masalah. Ketua
tim juga harus dapat menerapkan pola asuhan keperawatan yang di anggap sesuai
dengan kondisi pasien dan minat pemberi asuhan. Oleh karena itu, pembuatan
keputusan, otoritas, dan tanggung jawab ada pada tingkat pelaksana. Hal ini
akan mendukung pencapaian pengetahuan dan keterampilan profesional.
Dalam
ruang perawatan mungkin diperlukan beberapa tim keperawatan. pembagian tugas
dalam tim keperawatan dapat dilakukan dengan jalan perawat kepala ruang akan
menentukan jumlah tim yang diperlukan berdasarkan beberapa factor, antara lain
memperhitungkan jumlah tenaga perawat profesional, jumlah tenaga yang ada, dan
jumlah pasien. Pembagian tugas dalam tim keperawatan dapat didasarkan pada
tempat/kamar pasien tingkat penyakit pasien, jenis penyakit pasien, dan jumlah
pasien yang di rawat.
Berdasarkan
hal-hal tersebut maka ketua tim harus memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Mengomunikasikan
dan mengoordinasikan semua kegiatan tim.
2. Menjadi
konsultan dalam asuhan keperawatan.
3. Melakukan
peran sebagai model peran.
4. Melakukan
pengkajian dan menentukan kebutuhan pasien.
5. Menyusun
rencana keperawatan untuk semua pasien.
6. Merevisi
dan menyesuaikan rencana keperawatan sesuai kebutuhan pasien.
7. Melaksanakan
observasi baik terhadap perkembangan pasien maupun kerja dari anggota tim.
8. Menjadi
guru pengajar.
9. Melaksanakan
evaluasi secara baik dan objektif.
Bila
kemampuan tersebut dapat dimiliki oleh ketua tim,akan berdampak secara positif
dalam pemberian asuhan keperawatan. Dengan demikian, masalah dalam asuhan
keperawatan cepat teratasi mutu asuhan keperawatan terpeliharanya perawat
terbiasa bekerja secara terorganisasi, terarah, dan memahami tujuan kerja sama
antar perawat meningkat kepuasan kerja meningkat pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman semua perawat meningkat serta kaderisasi kepemimpinan terjadi.
Di
bandingkan dengan metode fungsional, metode tim lebih banyak memberikan
tanggung jawab, otoritas, dan tanggung gugat kepada anggota tim. Tugas perawat
menjadi lebih kompleks, anggota tim
lebih terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Apabila kerja dan
tim berhasil dan memuaskan, pola ini member pengkayaan
pengalaman
dan perluasan wawasan kerja bagi pelaksana khususnya anggota tim tingkat yang
rendah.
2. Konsep
Metode Tim Menurut Kron & Gray (1987)
1. Ketua
tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan.
2. Pentingnya
komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.
3. Anggota
tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
4. Peran
kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik jika
didukung oleh kepala ruang.
Metode ini menggunakan tim yang
terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim / grup yang
terdiri dari tenaga profesional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil
yang saling membantu.
3. Kelebihan
:
1. Memungkinkan
pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2. Mendukung
pelaksanaan proses keperawatan.
3. Memungkinkan
komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberikan kepuasan
kepada anggota tim.
Dapat
memberikan kepuasan kepada pasien dan perawat. Pasien merasa di perlakukan
lebih manusiawi karena pasien memiliki sekelompok perawat yang lebih mengenal
dan memahami kebutuhannya.
Perawat
dapat mengenali pasien secara individual karena perawatannya menangani pasien
dalam jumlah yang sedikit. Hal ini, sangat memungkinkan merawat pasien secara
komprehensif dan melihat pasien secara holistic. Perawat akan memperlihatkan
kerja lebih produktif melalui kemampuan dalam bekerja sama dan berkomunikasi
dalam tim. Hal ini akan mempermudah dalam mengenal kemampuan anggota tim yang
dapat dimanfaatkan secara optimal.
4. Kelemahan
:
1. Komunikasi
antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya
membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk
(memerlukan waktu ).
2. Perawat
yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk bergantung/berlindung
kepada perawat yang mampu.
3. Jika
pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur
Sebagaimana
metode fungsional, metode tim juga tidak mengandung beberapa kerugian. Selain
itu, metode ini di anggap memerlukan biaya yang lebih tinggi karena kotaknya
distribusi tenaga, metode ini juga tidak efektif bila pengaturannya tidak baik.
Pelaksanaan asuhan keperawatan menggunakan metode tim memerlukan banyak kerja
sama dan komunikasi serta kecenderungan banyak kegiatan keperawatan di lakukan
oleh perawat non profesional. Ketua tim perlu waktu yang lebih banyak untik
melaksanakan tugas manajeria, seperti mengkaji, mendelegasikan, dan mengontrol
kerja kelompok. Ketua tim dapat mengalami kebinguangan karena tugas disampaikan
melalui beberapa orang anggota, terlebih apabila komposisi anggota tim sering
diubah.
Peran
perawat kepala ruang
Peran
perawat kepala ruang dalam aplikasi metode tim diarahkan pada keterampilan dan
minat yang dimilikinya di samping itu, perawat kepala ruang harus mampu
mengoptimalkan fungsi tim melalui orientasi anggota tim dan pendidikan
berkelanjutan, mengkaji kemampuan anggota tim dan membagi tugas sesuai dengan
keterampilan anggotanya hal yang tidak kalah pentingnya adalaah perawat kepala ruang harus mampu
sebagai model peran.
Metode
tim dalam pemberian asuhan keperawatan dapat diterapkan bila ada tenaga
profesional yang mampu dan mau memimpin kelompok kecil, dapat bekerja sama dan
membimbing tenaga keperawatan yang lebih rendah. Di samping itu, perawat kepala
ruang harus mau membagi tanggung jawab dan tugasnya kepada orang lain. Satu tim
keperawatan dapat terdiri dan tiga sampai lima perawat untuk bertanggung jawab
memberikan asuhan keperawatan kepada 10 sampai 15 pasien.
Tanggungjawab
Kepala ruang :
a.
Menentukan standar pelaksanaan kerja.
b.
Supervisi dan evaluasi tugas staf
c.
Memberi pengarahan ketua tim.
Uraian tugas
Kepala Ruang :
a.
Perencanaan
1. Menunjukkan
ketua tim akan bertugas di ruangan masingmasing
2. Mengikuti
serah terima pasien di shift sebelumnya.
3. Mengidentifikasi
tingkat ketergantungan klien.
4. Mengidentifikasi
jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkanaktifitas dan kebutuhan klien bersama
ketua tim, mengatur penugasan/penjadwalan.
5. Merencanakan
strategi pelaksanaan keperawatan
6. Mengikuti
visite dokter untuk mengetahui kondisi,patofisiologi,tindakan medis yang
dilakukan, program pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan
yang akan dilakukan terhadap pasien.
7. Mengatur dan
mengendalikan asuhan keperawatan .
8. Membantu
mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
9. Membantu
membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
10. Menjaga
terwujudnya visi dan misi keperawatan dan RS.
b.
Pengorganisasian
1.
Merumuskan metode penugasan yang digunakan
2. Merumuskan
tujuan metode penugasan
3. Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota
tim secara jelas
4. Membuat
rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan ketua tim membawahi
2-3 perawat.
5. Mengatur dan
mengendalikan tenaga keperawatan : membuat proses dinas, mengatur tenaga yang
ada setiap hari dll.
6. Mengatur dan
mengendalikan logistik ruangan
7. Mengatur dan
mengendalikan situasi lahan praktek
8. Mendelegasikan
tugas saat kepala ruang tidak berada ditempat kepada ketua tim
9. Memberikan
wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien.
10. Mengatur
penugasan jadwal pos dan pakarnya
11. Identifikasi
masalah dan cara penanganan
c.
Pengarahan
1. Memberi
pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
2. Memberi
pujian kepada anggota yang melaksanakan tugas dengan baik
3. Memberi
motivasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
4. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting
dan berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien
5. Melibatkan
bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya.
6. Meningkatkan
kolaborasi dengan anggota tim lain.
d.
Pengawasan
1. Melalui komunikas : Mengawasi dan
berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun pelaksanan mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien
2. Melalui
superfisi : Pengawasan langsung dan tidak langsung.
3. Evaluasi :
Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan
yang telah disusun bersama ketua tim serta melakukan Audit keperawatan.
Tanggung jawab ketua tim :
1.
Mengatur jadwal dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan.
2.
Membuat
perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang didelegasikan oleh kepala
ruangan.
3.
Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi asuhan keperawatan bersama-sama anggota timnya,.
4.
Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan
tindakan medik.
5.
Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan
memberikan bimbingan melalui konferens.
6.
Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses
ataupun hasil yang diharapkan serta mendokumentasikannya.
7.
Memberi pengarahan pada perawat pelaksana
tentang pelaksanaan asuhan keperawatan.
8.
Menyelenggarakan konferensi .
9.
Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan
lainnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
10. Melakukan
audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawab timnya.
11. Melakukan
perbaikan pemberian asuhan keperawatan.
Tanggung jawab anggota tim
1. Melaksanakan
tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan.
2. Mencatat
dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah diberikan berdasarkan
respon klien.
3. Berpartisipasi
dalam setiap memberiikan masukan untuk meningkatkan asuhan keperawatan
4. Menghargai
bantuan dan bimbingan dan ketua tim.
5. Melaporkan
perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.
6. Memberikan
laporan
Gambar 2 : Sistem pemberian asuhan
keperawatan “ Team Nursing “ (Marquis dan Huston, 1998 ; 138)
2.5 DEFENISI METODE KASUS, KEUNTUNGAN,
KERUGIAN DAN CONTOH PENERAPAN
1. Defenisi
Metode ini merupakan
sistem pelayanan keperawatan, dimana para manajer kasus (case manager)
bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien selama dirawat. Para manejer
dapat terkait dengan muatan kasus dalam beberapa cara seperti:
1) Dengan dokter dan
pasien tertentu
2) Dengan pasien secara geografis berada
dalam satu unit atau unit – unit 3) Dengan mengadakan diagnosa
Metode ini
mempertahankan filsafat keperawatan primer dan membutuhkan seorang sarjana
keperawatan atau perawat dengan pendidikan tingkat master untuk
mengimplementasikan praktek keperawatan dengan budget yang tinggi. Metode kasus merupakan metode yang
berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Parawat beratanggung
jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu. Rasio pasien perawat
adalah 1 : 1. Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani
seluruh kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus dapat diterapkan
satu pasien untuk satu perawat, umumnya dilakukan untuk perawat privat atau
untuk perawatan khusus, seperti isolasi atau intensive care ( Nursalam, 2012 ).
Model Kasus merupakan
model pemberian asuhan yang pertama digunakan. Sampai Perang Dunia kedua
model tersebut merupakan model pemberian asuhan keperawatan yang paling banyak
digunakan. Pada model ini satu perawat akan memberikan asuhan keperawatan
kepada seorang pasien secara total dalam satu periode dinas. Jumlah
pasien yang dirawat oleh satu perawat sangat tergantung kepada kemampuan
perawat dan kompleksnya masalah dan pemenuhan kebutuhan pasien.
Model Kasus ini diharapkan
yaitu, dimana perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang mencakup seluruh
aspek keperawatan yang dibutuhkan pasien. Model ini perawat memberikan
asuhan keperawatan kepada seorang pasien secara menyeluruh, sehingga mengetahui
apa yang harus dilakukan terhadap pasien dengan baik, sehingga pasien merasa
puas dan merasakan lebih aman karena mengetahui perawat yang bertanggung jawab
atas dirinya. Dengan model ini menuntut seluruh tenaga keperawatan
mempunyai kualitas profesional dan membutuhkan jumlah tenaga keperawatan yang
banyak. Model ini sangat sesuai
digunakan di ruangan rawat khusus seperti ruang perawatan intensif, misalnya
ruang ICCU, ICU, HCU, Haemodialisa dan sebagainya ( Zaidin Ali, 2001 ).
2. Keuntungan
a)
Perawat
lebih memahami kasus per kasus
b)
Sistem
evaluasi dari manajerial menjadi lebih muda
3.
Kerugian
a)
Belum
dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab
b)
Perlu
tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yanga sama
c)
Kemampuan
tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga tidak mampu
memberikan asuhan secara menyeluruh
d)
Beban
kerja tinggi terutama jika jumlah pasien banyak sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan
e) Pendelegasian
perawatan pasien hanya sebagian selama perawat penaggung jawab pasien bertugas.
4.
Contoh Penerapan
2.6 DEFENISI METODE PRIMER, KEUNTUNGAN,
KERUGIAN DAN CONTOH PENERAPAN
1.
Defenisi
Menurut Gillies
(1986), perawat yang menggunakan metode keperawatan primer dalam pemberian
asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Metode keperawatan
primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat
dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4 – 6 klien
dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat
primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam
merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika
diperlukan. Saat perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan asuhan akan
didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse).
Metode penugasan
dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong
praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan
pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan
dan koordinasi keperawatan selama pasien dirawat.
2. Keuntungan
a) Bersifat
kontunuitas dan komprehensif
b) Perawata
primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan
pengembangan diri
c) Mendorong
kemandirian perawat
d) Ada keterikatan pasien dan perawat selama
dirawat
e) Memberikan
kepuasan kerja bagi perawat
f)
Memberikan kepuasan bagi klien dan
keluarga menerima asuhan keperawatan.
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa di
manusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan
yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan, proteksi, informasi dan advokasi.
3. Kerugian
a) Hanya
dapat di lakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang
memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan
yang tepat, menguasai keperawatan klinis, akuntabel, serta mampu berkolaborasi
dengan berbagai disiplin ilmu
b) Perlu
kualitas dan kuantitas tenaga perawat
c) Hanya
dapat dilakukan oleh perawat professional
d) Biaya
relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.
4.
Contoh Penerapan
2.7 DEFENISI METODE MODIFIKASI,
KEUNTUNGAN, KERUGIAN DAN CONTOH PENERAPAN
1. Defenisi
Metode primer
modifikasi adalah metode gabungan antara metode penugasan tim dengan metode
perawatan primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat merawat pasien dari
datang sampai pulang. Pada model ini, digunakan secara kombinasi dari kedua
sistem. Menurut Ratna S.Sudarsono (2000), penerapan sistem model ini didasarkan
pada beberapa alasan :
a. Keperawatan
primer tidak di gunakan secara murni, karena perawat primer harus mempunyai
latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau setara.
b. Keperawatan
tim tidak di gunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan keperawatan
pasien terfragmentasi pada berbagai tim
c.
Melalui kombinasi kedua model tersebut
di harapkan komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan
terdapat pada primer.
Disamping itu,
karena saat ini perawat yang ada di rumah sakit sebagain besar adalah lulusan
SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer/ ketua tim tentang asuhan
keperawatan. Untuk ruang model ini di perlukan 26 perawat. Dengan menggunakan
model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 (empat) orang perawat
primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala ruang rawat,
juga Ners, Perawat Associate(PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat
asosiasi terdiri atas lulusan D3 Keperawatan ( 3orang) dan SPK (18 orang).
2. Keuntungan
a) Memungkinkan
pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b) Mendukung
pelaksanaan proses keperawatan
c) Memungkinkan
komunikasi antar tim, sehinggah konflik mudah di atasi dan memberikan kepuasaan
pada anggota tim
d) Saling
memberi pengalaman antar sesama tim
e) Bersifat
kontunuitas dan komprehensif
f) Mendapatkan
akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan pengembangan diri
Mendorong kemandirian perawat
g) Ada
keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
3. Kerugian
a)
Kelemahan metode primer modifikasi
b)
Tim yang satu tidak mengetahui mengenai
pasien yang bukan menjadi tanggung jawabnya
c)
Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada
situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapat
mengakibatkan kimunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga
kelancaran tugas terhambat
d)
Perawat yang belum terampil dan belum
berpengalaman selalu tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu
atau ketua tim
e)
Perlu kualitas dan kuantitas tenaga
perawat
f)
Hanya dapat dilakukan oleh perawat
professional
g)
Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan
metode lain.
4.
Contoh Penerapan
1. berbeda
bertanggung jawab terhadap sekelompok pasien
2. Metode
Primer adalah seorang perawat profesional bertanggung jawab member perawatan
secara menyeluruh selama 24 jam pada 4-6 pasien dalam satu unit sejak pasien
masuk sampai pulang
3. Metode
Kasus adalah satu perawat merawat satu pasien (total patient care)
4.
Metode Primer-modifikasi adalah gabungan
metode tim dan metode primer.
3.1 SARAN
Adapun saran penulis
terhadap pembaca, yaitu agar memahami mengenai system perorganisasian dalam
manajemen keperawatan dan juga mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi
terjadinya system organisasi dan juga mengetahui beberapa metode- metode yang
ada dalam manajemen keperawatan. Perbedaan kelima metode praktik keperawatan
harus dipahami oleh pembaca dan mampu mengaplikasikannya dengan sebaik mungkin
serta tidak menjadikan kelemahan-kelemahan metode untuk memberikan pelayanan
yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
Zaidin. 2001. Dasar – Dasar
Keperawatan Profesional. Jakarta : Widya Medika.
Nursalam. 2012.
Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 3.
Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam.
2002. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta : Salemba Medika.
Muninjaya Gde. 2004.
Manajemen Kesehatan Cetakan I Edisi 2. Jakarta : EGC
Sitorus Ratna.
2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di RS. Jakarta : EGC.
Gilles, A.G. 1994.
Nursing Management: A.System Approach, 3rdedition , Philadelphia: WB Company
Saunders.