BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Retensio urine adlah ketidakmampuan untuk melakukan
urinasi meskipun terdapat keinginan
atau dorongan terhadap hal tersebut. (Brunner & Suddarth). Retensio urine
adalah sutau keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan
tidak punya kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna. (PSIK
UNIBRAW).
Urin merupakan hasil dari ekskresi manusia yang
dihasilkan dari penyaringan darah yang dilakukan di ginjal. Urin normal
berwarna kekuning-kuningan atau terang dan transparan.Urin terdiri dari air
dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut,
dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau
cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorbsi ketika
molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh
melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang
tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan
dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui
melalui urinalisis.
Dalam urin bisa terdapat amonia. Amonia adalah suatu
produk yang dihasilkan ketika proses pencernaan protein. Hati memproduksi
amonia yang berbahaya terutama jika fungsi hati juga tidak berjalan dengan
baik.
Setiap menit akan mengalir sejumlah 1060 ml darah (1/5
cardic out put) menuju ke 2 ginjal melalui arteri renalis. Dari jumlah tersebut darah yang akan kembali melalui vena
renalis sejumlah 1059 ml sedangkan sisanya sebesar 1 ml akan keluar sebagai
urin.
Proses Miksi (Rangsangan Berkemih)
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang
stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc
sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi
reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi
relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan
akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. Rangsangan yang menyebabkan
kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui
serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter
bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya
dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula
spinalis dan otak masih utuh. Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf
tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus
tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
a)
Apa
yang dimaksud denganRetensi urine ?
b)
Bagaimana
anatomi dan fisiologi Perkemihan ?
c)
Apa
penyebab dari Retensi urine?
d)
Apa
saja faktor resiko dari Retensi urine?
e)
Bagaimana
klasifikasi dari Retensi urine ?
f)
Bagaimana
patofisiologi dan pathway dari Retensi
urine?
g)
Apa
saja manifestasi klinis dari Retensi urine?
h)
Apa
komplikasi yang akan ditimbulkan dari Retensi
urine ?
i)
Bagaimana
pemeriksaan diagnostik dariRetensi urine ?
j)
Bagaimana penatalaksanaan dariRetensi
urine?
k)
Bagaimana pencegahan dari Retensi
urine?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan
penulisan ini dibedakan menjadi dua
yakni :
A.
TUJUAN
UMUM
Tujuan penulisan ini secara umum adalah agar mahasiswa dapat
memahami “LANDASAN TEORI “Retensi urine” dan bisa di terapkan dalam praktek
keperawatan nantinya.
B.
TUJUAN KHUSUS
Tujuan penulisan dari makalah ini
diantaranya sebagai berikut :
a. Memahami tentang pengertian dari Retensi
urine
b. MemahamikembalianatomidanfisiologiPerkemihan
c. MemahamitentangetiologidariRetensi
urine
d. Memahamitentangfaktor resikodariRetensi
urineMemahamitentangklasifikasidariRetensi
urine Memahamitentangpatofisiologi/pathway dariRetensi
urine
e. MemahamitentangmanifestasiklinisdariRetensi
urine
f. MemahamikomplikasidariRetensi
urine
g. MemahamitentangpemerikaandiagnosadariRetensi
urine
h. MemahamitentangpenatalaksanaanmedisdariRetensi
urine
i.
Memahami
tentang pencegahan dari Retensi urine
j.
MemenuhitugasmatakuliahSistem perkemihan
1.4 METODE PENULISAN
Metode
yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah yang berjudul “LANDASAN TEORI Retensi urine” ini adalah Berdasarkan metode
literature (pustaka) , mengintisarikan buku-buku pustaka dan informasi didapat dari jaringan
internet.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika dalam
penulisan makalah ini diantaranya sebagai berikut,
BAB I Pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusanmasalah, tujuan penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teori terdiri
dari pengertian, anotomifisiologi,
etiologi, faKtor
resiko, klasifikasi, patofisiologi / pathway,
manifestasiklinis, komplikasi,
pemeriksaandiagnostik, penatalaksanaanmedis dan pencegahan .
BAB IIIPenutup terdiri dari
kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN RETENSI
URIN
2.1 PENGERTIAN
RETENSI URIN
Retensi
urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak mempunyai kemampuan untuk
mengosongkannya secara sempurna. Retensio urine
adalah kesulitan miksi karena kegagalan urine dari fesika urinaria. (Kapita Selekta Kedokteran).
Retensio
urine adalah tertahannya urine di dalam kandung kemih, dapat terjadi secara
akut maupun kronis. (Depkes RI Pusdiknakes 1995). Retensio urine adalah
ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat keinginan atau
dorongan terhadap hal tersebut.(Brunner & Suddarth).
Retensio
urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak punya
kemampuan untuk mengosongkannya secara
sempurna.
(PSIK UNIBRAW).
2.2
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN
Struktur anatomi dan fisiologi
system urinaris bagian bawah[1]
Sistem urinaria bagian bawah terdiri atas buli-buli
dan uretra yang keduanya harus bekerja secara sinergis untuk dapat menjalankan
fungsinya dalam menyimpan (storage) dan mengeluarkan (voiding) urine. Buli-buli
merupakan organ berongga yang terdiri atas mukosa, otot polos destrusor, dan
serosa. Pada perbatasan antara buli-buli dan uretra, terdapat sfingter uretra
interna yang terdiri atas otot polos. Sfingter interna ini selalu tertutup pada
saat fase miksi atau pengeluaran (evacuating). Di sebelah distal dari uretra
posterior terdapat sfingter uretra eksterna yang terdiri atas otot bergaris
dari otot dasar panggul. Sfingters ini membuka pada saat miksi sesuai dengan
perintah dari korteks serebri. ( buku dasar-dasar urologi )
Pada fase pengisian, terjadi relaksasi otot
destrusor dan pada fase pengeluaran urine terjadi kontraksi otot detrusor.
Selama pengisian urine, buli-buli mampu untuk melakukan akomodasi yaitu
meningkatkan volumenya dengan mempertahankan tekanannya dibawah 15 cm H2O,
sampai volumenya cukup besar. ( buku dasar-dasar urologi )
Perubahan
normal pada sistem renal dan urinaria akibat penuaan dirangkum dalam tabel :[2]
TABEL : PERUBAHAN NORMAL SISTEM RENAL DAN
URINARIA AKIBAT PENUAAN
Perubahan Normal TerkaitUsia
|
ImplikasiKlinis
|
Penebalandasarmembran
Penurunan area permukaan
glomerular
Penurunanpanjangdan volume
tubulusproksimal
Penurunanalirandarahvaskuler
Penurunanmasaotot yang
tidakberlemak
Peningkatan total lemaktubuh
Penurunancairanintrasel
Penurunansensasihaus
Penurunankemampuanuntukmemekatkan
urine
Penurunanhormon yang
pentinguntukabsorpsikalsiumdarisaluran gastrointestinal
Penurunankapasitaskandungnkemih
Peningkatan volume residu peningkatankontraksikandungkemih
yang tidakdisadari
Atropipadaototkandungkemihsecaraumum
|
Filtrasidarahkurangefisien
Penurunan total cairantubuh
Resikodehidrasi
Peningkatanresiko osteoporosis
Peningkatanresikoinkontinensia
|
2.3 ETIOLOGI
Adapun penyebab dari penyakit
retensio urine adalah sebagai berikut:
a.Supra
vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla spinallis S2 S4 setinggi
T12L1.Kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis baik sebagian ataupun
seluruhnya, misalnya pada operasi miles dan mesenterasi
pelvis, kelainan medulla spinalis, misalnya miningokel,tabes doraslis,
atau spasmus sfinkter yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat.
b.Vesikal
berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, atoni pada pasien DM
atau penyakit neurologist, divertikel yang besar.
c.Intravesikal
berupa pembesaran prostate, kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil,tumor
pada leher vesika, atau fimosis.
d.Dapat
disebabkan oleh kecemasan, pembesaran porstat, kelainan patologi
urethra(infeksi, tumor, kalkulus), trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih.
e.Beberapa
obat mencakup preparat antikolinergik antispasmotik (atropine),
preparatantidepressant antipsikotik (Fenotiazin), preparat antihistamin
(Pseudoefedrin hidroklorida= Sudafed), preparat penyekat β adrenergic
(Propanolol), preparat antihipertensi(hidralasin)
Etiologo dari retensi urin juga dapat di
kelompokan berdasarkan bentuk- bentuknya :
no
|
Bentuk-bentukretensi
|
Penyebab
|
1
|
ObstruksiMekanis
|
·
Struktururetha
·
malformasisalurankemih
·
Malformasi sum-sum belakang
|
2
|
Kongenital
|
·
Kalkulus
·
Inflamasi
·
Trauma
·
Tumor
·
Hyperplasia
·
kehamilan
|
3
|
Yang di dapat
|
·
disfungsi neurologic
·
refluksureteroversikalis
·
berkurangnyaaktifitas peristaltic ureter
|
4
|
Obstruksifungsional
|
·
Atrofiobat detrusor
·
Cemas, sepertitakutnyerisetelahoperasi
·
Obat-obatan, seperti anesthesia,
narkotikasedatifadanantihistamin
|
2.4 KLASIFIKASI RETENSI URINE
RETENSI URIN dapat dikelompokan
menjadi 2 :
1. Retensi urin akut
Retensi urin yang akut
adalah ketidakmampuan berkemih tiba-tiba dan disertai rasa sakit meskipun
buli-buli terisi penuh. Berbeda dengan kronis, tidak ada rasa sakit karena urin
sedikit demi sedikit tertimbun. Kondisi yang terkait adalah tidak dapat
berkemih sama sekali, kandung kemih penuh, terjadi tiba-tiba, disertai rasa
nyeri, dan keadaan ini termasuk kedaruratan dalam urologi. Kalau tidak dapat
berkemih sama sekali segera dipasang kateter
2. Retensi urin kronik
Retensi urin kronik
adalah retensi urin ‘tanpa rasa nyeri’ yang disebabkan oleh peningkatan volume
residu urin yang bertahap. Hal ini dapat disebabkan karena pembesaran prostat,
pembesaran sedikit2 lama2 ga bisa kencing. Bisa kencing sedikit tapi bukan
karena keinginannya sendiri tapi keluar sendiri karena tekanan lebih tinggi
daripada tekanan sfingternya. Kondisi yang terkait adalah masih dapat berkemih,
namun tidak lancar , sulit memulai berkemih (hesitancy), tidak dapat
mengosongkan kandung kemih dengan sempurna (tidak lampias). Retensi urin kronik
tidak mengancam nyawa, namun dapat menyebabkan permasalahan medis yang serius
di kemudian hari.
Perhatikan bahwa pada
retensi urin akut, laki-laki lebih banyak daripada wanita dengan perbandingan
3/1000 : 3/100000. Berdasarkan data juga dapat dilihat bahwa dengan
bertambahnya umur pada laki-laki, kejadian retensi urin juga akan semakin
meningkat.
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Pada
retensi urin akut di tandai dengan nyeri, sensasi kandung kemih yang penuh dan
distensi kandung keimih yan ringan. Pada retensi kronik ditandai dengan gejala
iritasi kandung kemih ( frkuensi,disuria,volume sedikit) atau tanpa nyeri
retensi yang nyata.
Adaun tanda dan
gejala dari pnyakit retensi urin ini adalah :
1.
Di awali dengan urin
mengalir lambat
2.
Terjadi poliuria yang
makin lama makin parah karena pengosongan kandung kemih tidak efisien.
3.
Terjadi distensi
abdomen akibat dilatasi kandung kemih
4.
Terasa ada tekanan,
kadang trasa nyeri dan kadang ingin BAK
5.
Pada retensi berat bisa
mencapai 2000-3000 cc
Tanda
klinis retensi:
a. Ketidak
nyamanan daerah pubis
b. Distensi
vesika urinia.
c. Ketidak
sanggupan untuk berkemih.
e. Ketidak
seimbangan jumlah urin yang di keluarkan dengan asupannya.
Retensi
urine dapat menimbulkan infeksi yang bisa terjadi akibat distensi kandung kemih
yang berlebihan gangguan suplai darahpada dinding kandu kemih dan proliferasi
bakteri. Gangguan fungsi renal juga dapat terjadi, khususnya bila terdapat
obstruksi saluran kemih.
2.6
FATOFISIOLOGI
Secara garis besar penyebab retensi dapat
dapat diklasifikasi menjadi 5 jenis yaitu :
akibat :
1.obstruksi,
2.infeksi
3.farmakologi
4.neurologi
5. faktor trauma.
Obstruksi pada saluran kemih bawah dapat
terjadi akibat faktor intrinsik, atau faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik
berasal dari sistem saluran kemih dan bagian yang mengelilinginya seperti
pembesaran prostat jinak, tumor buli-buli, striktur uretra, phimosis,
paraphimosis, dan lainnya. Sedangkan faktor ekstrinsik, sumbatan berasal dari
sistem organ lain, contohnya jika terdapat massa di saluran cerna yang menekan
leher buli-buli, sehingga membuat retensi urine. Dari semua penyebab, yang
terbanyak adalah akibat pembesaran prostat jinak. Penyebab kedua akibat infeksi
yang menghasilkan peradangan, kemudian terjadilah edema yang menutup lumen
saluran uretra. Reaksi radang paling sering terjadi adalah prostatitis akut,
yaitu peradangan pada kelenjar prostat dan menimbulkan pembengkakan pada
kelenjar tersebut. Penyebab lainnya adalah uretritis, infeksi herpes genitalia,
vulvovaginitis, dan lain-lain. 3 Medikasi yang menggunakan bahan anti
kolinergik, seperti trisiklik antidepresan, dapat membuat retensi urine dengan
cara menurunkan kontraksi otot detrusor pada bulibuli.
Obat-obat simpatomimetik, seperti
dekongestan oral, juga dapat menyebabkan retensi urine dengan meningkatkan
tonus alpha-adrenergik pada prostat dan leher bulibuli. Dalam studi terbaru
obat anti radang non steroid ternyata berperan dalam pengurangan kontraksi otot
detrusor lewat inhibisi mediator prostaglandin. Banyak obat lain yang dapat
menyebabkan retensi urine.
Secara neurologi retensi urine dapat terjadi
karena adanya lesi pada saraf perifer, otak, atau sumsum tulang belakang. Lesi
ini bisa menyebabkan kelemahan otot detrusor dan inkoordinasi otot detrusor
dengan sfingter pada uretra.
Penyebab terakhir adalah akibat 5 trauma
atau komplikasi pasca bedah. Trauma langsung yang paling sering adalah straddle
injury, yaitu cedera dengan kaki mengangkang, biasanya pada anak-anak yang naik
sepeda dan kakinya terpeleset dari pedalnya, sehingga jatuh dengan uretra pada
bingkai sepeda.
2.7 KOMPLIKASI
a.
Urolitiasis atau nefrolitiasis
Nefrolitiasis adalah adanya batu
pada atau kalkulus dalam velvis renal, sedangkan urolitiasis adalah adanya batu
atau kalkulus dalam sistem urinarius. Urolithiasis mengacu pada adanya batu
(kalkuli) ditraktus urinarius. Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika
konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam
urat meningkat.
b.
Pielonefritis
Pielonefritis adalah radang pada ginjal dan
saluran kemih bagian atas. Sebagian besar kasus pielonefritis adalah komplikasi
dari infeksi kandung kemih (sistitis). Bakteri masuk ke dalam tubuh dari kulit
di sekitar uretra, kemudian bergerak dari uretra ke kandung kemih. Kadang-kadang,
penyebaran bakteri berlanjut dari kandung kemih dan uretra sampai ke ureter dan
salah satu atau kedua ginjal. Infeksi ginjal yang dihasilkan disebut
pielonefritis.
c.
Hydronefrosis
d.
Pendarahan
e.
Ekstravasasi urine
2.8
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Adapun
pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada retensio
urine adalah
sebagai berikut :
· Pemeriksaan
specimen urine.
·
Pengambilan: steril, random, midstream.
· Penagmbilan
umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, KEton, Nitrit.
· Sistoskopy,
IVP
Table urinalitis
no
|
Pemeriksaan
|
Normal
|
Abnormal
|
|
Warna
|
Kekuning-kuningan
|
Merah: menunjukanhematuri(
kemungikanobstruksiurunkalkulus, renalis tumor, kegagalanginjal )
|
|
Kejernihan
|
Jernih
|
Keruh : terdapatkotoran , sendimenbakteri (
infeksiurinaria)
|
|
Bobotjenis
|
1.003-100351
|
Biasanyamenunjukan intake
cairansemakinsedikitiritancairansemakintinggibobtjenis
Bilabobotjenihtetaprendah (1.010-1.014) di dugaterdapatpenyakitginjal.
|
|
Protein
|
0-8 mg/dl
|
Proteinuria dapatterjadiksrena
diet tinggi protein dankarenabanyakgerakan ( terutama yang lama )
|
|
Gula
|
0
|
Terlihatpadapenyakit
renal
|
|
Eritrosit
|
0-4
|
cederajaringanginjal
|
|
Leukosit
|
0-5
|
Infeksisalurankemih
|
|
Cast/silinder
|
0
|
Infeksisaluranginjal, penyakit
renal
|
|
PH
|
4.6-6.8 ( rata-rata 6.0 )
|
Alkali biladibiarkanataupadainfeksisaluranKemih
.tingkatasammeningkatpadaasidosistubulusrenalis
|
|
Keton
|
0
|
Ketonuriaterjadikarenakelaparandanketoasidosis
diabetic
|
2.9
PENATALAKSANAAN
Bila
diagnosis retensi urin sudah ditegakkan secara benar, penatalaksanaan
ditetapkan
berdasarkan masalah yang berkaitan dengan penyebab retensi urinnya.
Pilihannya adalah
berdasarkan masalah yang berkaitan dengan penyebab retensi urinnya.
Pilihannya adalah
1. Kateterisasi
2. Sistostomi suprapubik
- trokar
- terbuka
3. Pungsi suprapubik
1.) Kateterisasi
Syarat-syarat
- dilakukan dengan prinsip aseptik
- digunakan kateter nelaton/sejenis yang tidak terlalu besar, jenis Foley
- diusahakan tidak nyeri agar tidak terjadi spasme dari sfingter.
- diusahakan dengan sistem tertutup bila dipasang kateter tetap.
- diberikan antibiotika profilaksis sebelum pemasangan kateter 1 X saja (biasanya
- dilakukan dengan prinsip aseptik
- digunakan kateter nelaton/sejenis yang tidak terlalu besar, jenis Foley
- diusahakan tidak nyeri agar tidak terjadi spasme dari sfingter.
- diusahakan dengan sistem tertutup bila dipasang kateter tetap.
- diberikan antibiotika profilaksis sebelum pemasangan kateter 1 X saja (biasanya
tidak diperlukan antibiotika sama sekali).
Kateter tetap dipertahankan sesingkat
mungkin, hanya sepanjang masih dibutuhkan.
Teknik kateterisasi
- Kateter
Foley steril, untuk orang dewasa ukuran 16-18 F.
- Desinfeksi dengan desinfektans yang efektif, tidak mengiritasi kulit genitalia (tidak
- Desinfeksi dengan desinfektans yang efektif, tidak mengiritasi kulit genitalia (tidak
Mengandung alkohol)
- Anestesi topikal pada penderita yang peka dengan jelly xylocaine 2-4% yang dimasukkan dengan semperit 20cc serta "nipple uretra" diujungnya. Jelly tersebut sekaligus berperan sebagai pelicin. (Pada batu atau striktura uretra, akan dirasakan hambatan pada saat memasukkan jelly tersebut)
- Kateter yang diolesi jelly K-Y steril dimasukkan kedalam uretra. Pada penderita
- Anestesi topikal pada penderita yang peka dengan jelly xylocaine 2-4% yang dimasukkan dengan semperit 20cc serta "nipple uretra" diujungnya. Jelly tersebut sekaligus berperan sebagai pelicin. (Pada batu atau striktura uretra, akan dirasakan hambatan pada saat memasukkan jelly tersebut)
- Kateter yang diolesi jelly K-Y steril dimasukkan kedalam uretra. Pada penderita
wanita
biasanya tidak ada masalah. Pada penderita pria, kateter dimasukkan dengan
halus sampai urin mengalir (selalu dicatat jumlah dan warna / aspek urin), kemudian balon dikembangkan sebesar 5-10 ml.
.
- Bila
diputuskan untuk menetap, kateter dihubungkan dengan kantong penampung steril
dan dipertahankan sebagai sistem tertutup.
- Kateter di
fiksasi dengan plester pada kulit paha proksimal atau didaerah inguinal dan
diusahakan agar penis mengarah kelateral, hal ini untuk mencegah terjadinya
nekrosis akibat tekanan pada bagian ventral uretra di daerah penoskrotal
Perawatan Kateter tetap Penderita dengan kateter tetap harus
- Minum
banyak untuk menjamin diuresis
-
Melaksanakan kegiatan sehari-hari secepatnya bila keadaan mengijinkan
Membersihkan ujung uretra dari sekrit dan darah yang mengering agar pengaliran
sekrit dan lumen uretra terjamin.
-
Mengusahakan kantong penampung urin tidak melampaui ketinggian buli-buli agar
urin tidak mengalir kembali kedalamnya
- Mengganti
kateter (nelaton) setiap dua minggu bila memang masih diperlukan untuk mencegah
pembentukan batu (kateter silikon : penggantian setiap 6-8 minggu sekali)
2).
Sistostomi suprapubik
ü
Sistostomin Trokar
Indikasi
Indikasi
1.
Kateterisasi gagal : striktura, batu uretra yang menancap (impacted).
2. Kateterisasi tidak dibenarkan : kerobekan uretra path trauma.
2. Kateterisasi tidak dibenarkan : kerobekan uretra path trauma.
Syarat-syarat:
- Retensi
urin dan bull-buli penuh, kutub atas lebih tinggi pertengahan jarak antara
simfisis -umbilikus
- Ukuran kateter Foley lebih kecil daripada celah dalam trokar (< - > 20F)dorongan
kelewatan sehingga trokar menembus dinding belakang buli-buli.
- Ukuran kateter Foley lebih kecil daripada celah dalam trokar (< - > 20F)dorongan
kelewatan sehingga trokar menembus dinding belakang buli-buli.
ü
Sistostomi Terbuka
Indikasi
- lihat sistostomi trokar
- bila sistostomi trokar gagal
- bila akan melakukan tindakan tambahan seperti mengambil batu di dalam bull-buli, evaluasigumpalan darah, memasang "drain" di rongga Retzii, dan sebagainya.
Indikasi
- lihat sistostomi trokar
- bila sistostomi trokar gagal
- bila akan melakukan tindakan tambahan seperti mengambil batu di dalam bull-buli, evaluasigumpalan darah, memasang "drain" di rongga Retzii, dan sebagainya.
-
Perawatan kateter sistostomi jauh lebih
sederhana daripada kateter tetap melalui uretra. Demikianpula penggantian
kateter sistostomi setiap dua minggu, lebih mudah dan tidak menimbulkan
nyeriyang berarti. Kadang-kadang saja urin merembes di sekitar kateter.
3). Pungsi Buli-Buli
Merupakan tindakan darurat sementara
bila keteterisasi tidak berhasil dan fasilitas / sarana untuksistostomi baik
trokar maupun terbuka tidak tersedia. Digunakan jarum pungsi dan
penderitasegera dirujuk ke pusat pelayanan dimana dapat dilakukan sistostomi.
Penderita dan keluarga harus diberi informasi yang jelas tentang prosedur ini
karena tanpatindakan susulan sistostomi, buli-buli akan terisi penuh kembali
dan sebagian urin merembesmelalui lubang bekas pungsi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1.
Identitas
Nama, Umur, Jenis kelamin, agama,
suku, bangsa, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk
Rumah Sakit.
2.
Keluhan utama
Biasnaya klienmerasakanrasa tidak enak pada uretra kemudian di ikuti nyeri
ketika berkemihatau nyeri saat
kencing.
3.
Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan penyebab terjadinya
infeksi, bagaimana gambaran rasa nyeri, daerah mana yang sakit, apakah menjalar
atau tidak, ukur skala nyeri, dan kapan keluhan dirasakan.
4.
Riwayat penyakit dulu
Tanyakan apakah pasien pernah
menderita penyakit parah sebelumnya
5.
Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan
apakah keluarga klien ada yang menderita penyaki yang sama dengan klien
3.2 PENGUMPULAN DATA
Ø Aktivitas/istirahat
Gejala : Tidak bisa tidur/istirahat dengan
tenang jika rasa nyeri timbul
Tanda : Gelisah
Ø Eliminasi
Gejala : Penrunan dorongan aliran urine,
keragu-raguan pada awal berkemih,
kandung
kemih terasa pnuh, tidak dapat erkemih kecuali dngan cara
mengejan,
urin keluar sedikt-sedikit.
Tanda : disensi vesika urinaria, pengeuaran urin < 1500
ml/hari, pengeluaran urin
sedikit , nampak pemasangan kateter.
Ø Makanan/
cairan
Gejala : klien mengeluh tidak nafsu makan
, klien mengluh mual muntah
Tanda : penurunan BB < porsi makan
tidak dihabiskan
Ø Sesksualitas
Gejala : penurunan kemampuan dalam
melakukan hubungan seksual.
Ø Nyeri/kenyamanan
Gejala : klin mengeluh nyeri saatberkemih
Tanda : ekspresi wajah nampak mringas
dan tampak memegang area yang sakit
Ø Integritas
ego
Gejala : klien megeluh mengenai
penyakitnya
Tanda : klin tampak gelisah
3.3 PENGELOMPOKAN DATA
Data
subjektif :
ü Klien
mengeluh tidak bisa tidurr dan istirahat
ü Klien
mengeluh berkemih dengan cara mengejan
ü Klien
mengeluhkan keragu-raguan pada saat berkemih
ü Klien
mengeluhkan kandung kemih nya terasa pnuh
ü Klien
menglh urinnya keluar sedikit-sedikit
ü Klien
mengeluhkan tidak nafsu makan
ü Klien
mengeluh mual dn muntah
ü Klien
mengluhkan penurunan kemampuandalam mlakukan hubungan seksual
ü Klien
menglh nyeri pada saa berkemih
ü Klien
mengeluh khawatir dengan penyakitnnya
Data
Objektif
ü Gelisah
ü Distensi
vesika urinaria
ü Pengeluaran
urin < 1500 ml/hari
ü Penurunan
BB , orsi makan tamak tidak di habiskan
ü Ekspresi
wajah meringis saat neri timbul
ü Nyeri
tekan daerah suprapubik
ü Distensi
abdomen
ü Tampak
engeluran urin sedikit
ü Tamak
memegaang area yang sakit
3.4 ANALISA DATA
NO
|
Masalah
|
Etiologi
|
Diagnosa medis
|
1
|
Data subjekif :
-
Klienmengeluh nyeripadasaat berkemih
-
Klienmengeluh tidakbisatidurrdanistirahat
-
Klienmengeluhberkemihdengancaramengejan
Data objektif :
-
Nyeritekandaerahsuprapubik
-
Gelisah
-
Distensivesikaurinaria
-
Ekspresiwajahmeringissaatneritimbul
|
Faktor penyebab
Retensi urin
Distensi vesika urinaria
Menekan saraf disekitar
Merangsang pengeluaran bradikinin,serotinin,
postaglandin
Impuls nyeri di sampaikan ke
thalamus
Nyeri di persepsikan
|
Nyeri
|
2.
|
Data subjektif
-
Klien mengeluhkan
mengendan pada saat berkemih
-
Klien mengeluh
kandung kemih trasa penuh
-
Klien mengeluhkan
tidak dapat berkemih
-
Klien mengeluh
urinnya keluar sedikit-sedikit.
Data objektif :
Pengeluaran urin sedikit
Distensi visuka urinaria
Pengeluaran urin < 1500 ml /
hari
|
Kerusakan pusat miksi di medula
spinalis
Kerusakan simpatis dan
parasimpatis sebagian atau seluruhnya
Tidak terjadi koneksi dengan otot
detrusor
Menurunnya relaksasi otot
spinkter
Obstruksi uretra
Urin sisa meningkat
Dilatasi bladder/distensi abdomen
Retensi urin
|
Gangguan pola eliminasi retensi
urin
|
3.
|
Ds :
-
|
|
|
3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN
3.4.1
Nyeri b/d agen cidera biologis
3.4.2
gangguan eliminasi urine b/d retensi urine
3.5 INTERVENSI
KEPERAWATAN
NO
|
Diagnsa
keperawatan
|
Tujuan dan
kriteria hasil ( NOC )
|
Intervensi(NIC)
|
1.
|
Nyeri akut b/d agen
cidera biologis
Definisi:
sensoriyangtidak
menyenangkan dan
pengalamanemosionalyang munculsecaraaktual
ataupotensial,
kerusakanjaringanataumenggambarkanadanyakerusakan..
|
Setelahdilakukantindakankeperawatanselama
......
x24 jam pasiendapatmengontrolnyeri
denganindikator:
·
MengenalifaktorpenyebabMengenali
onset (lamanyasakit)
·
Menggunakanmetodepencegahan
·
Menggunakanmetodenonanalgetikuntukmenguranginyeri
·
Menggunakan Analgetiksesuaikebutuhan
·
Mencaribantuantenagakesehatan
·
MelaporkanGejala Padatenagakesehatan
·
Menggunakan sumber-sumberyangtersedia
·
Mengenaligejala-gejalanyeri
·
MencatatPengalamannyeri
·
Sebelumnya
·
Melaporkannyerisudahterkontrol
|
Intervensi:
·
lakukanpengkajiannyerisecarakomprehensiftermasuklokasi,karakteristik,
durasi, frekuensi,
·
kualitasdanfaktorpresipitasi
·
observasireaksi nonverbaldariketidaknyamanan
·
gunakanteknikkomunikasiterapeutikuntukmengetahuipengalamannyeripasien
·
kajikultur
yang mempengaruhiresponnyeri
·
evaluasipengalamannyerimasalampau
·
evaluasibersamapasiendantimkesehatan
laintentangketidakefektifankontrolnyerimasalampau
·
bantu
pasiendankeluargauntukmencaridanmenemukandukungan
·
kontrollingkungan yang
dapatmempengaruhinyerisepertisuhuruangan,
pencahayaandankebisingankurangifaktorpresipitasi
·
pilih dan lakukan penanganannyeri
·
(farmakologi, non
farmakologidan interpersonal)
·
kajitipedansumbernyeriuntukmenentukan
·
intervensiajarkantentangteknik
non farmakologi
·
evaluasikeefektifankontrolnyeri
tingkatkanistirahat
|
2
|
Gangguaneliminasi urine
b/d retensi urine
|
NOC :
·
Symptom
severity
·
Urinary
elimination
Kriteriahasil
:
·
Pengosongan
bladder
·
Secarasempurna
·
Warnaurindbn
·
Bauurindbn
·
Urinterbebasdaripartikel
·
Balance
cairanselama 24 jam
·
Urindapatkeluartanpakesakitan
|
·
Kajisecara
verbal dan nonverbal responklienterhadaptubuhnya
·
Kajiulangfrekuensimengkritikdirinya
·
Bimbingpasienuntukmencaripenyebabperubahantubuhnya
·
Dorongklienmengungkapkanperasaannya(identifikasikebiasaanpositifdarikehidupanklienuntukmeningkatkanhargadiriklien)
·
Identifikasiartipenguranganmelaluipemakaianalat
bantu (denganmenggunakankateterakanmengurangidampakmengompol, tubuhbaupesing)
·
Jelaskantentangpengobatan,
perawatan, kemajuandan prognosis penyakit (tawarkanbantuandariprofesional
lain sprtpsikolog, ahlikonselingseksual)
·
Fasilitasikontakdenganindividu
lain dalamkelompokkecil yang memilikikasusserupa
|
3.
|
|
|
|
3.6
EVALUASI KEPERAWATAN
Hasil yang
diharapkan setelah pasien Retensi urine mendapatkan intervensi dan implementasi
keperawatan adalah :
·
gangguan pemenuhan
eliminasi urine teratasi ditandai dengan adanya urine pasien keluar secara
normal (tidak keluar saat batuk, tertawa, mengedan, mengangkat benda
berat,dll), jumlah urine yang keluar normal (400 – 500 ml), dan pasien tidak
mengompol lagi.
·
Kerusakan integritas
kulit teratasi ditandai dengan adanya kulit pasien masih utuh, tidak lesi, kemerahan
tidak ada, rasa gatal berkurang, dan daerah genitalia pasien tidak lagi lembab.
·
Gangguan citra tubuh
teratasi ditandai dengan adanya klien mulai percaya diri, dan harga diri klien
meningkat, tidak ada lagi perasaan malu atau minder dalam bersosialisasi dengan
orang disekitarnya, bisa menyesuaikan diri dengan status kesehatannya
BAB
IV
PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
Berdasarkan
uraian dan hasil analisa dari bab I sampai pada bab III dapat disimpulkan bahwa
: Retensio urine adalah ketidakmampuan melakukan urinasi meskipun terdapat
keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut atau tertahanya urine didalam
kandung kemih.
Klien
dengan retensio urine dapat terjadi karena berbagai factor seperti:
· Vesikal berupa kelemahan otot detrusor
karena lama teregang,
· pembesaran porstat
· kelainan patologi urethra.
Oleh
karena itu perlu dilakukan perawatan dan Penatalaksanaan pada kasus retensio
urine dengan cara :
a
Kateterisasi urethra.
b.
Dilatasi urethra dengan boudy.
c.
Drainage suprapubik.
4.2 SARAN
Sebagai seorang
perawat, sudah menjadi kewajiban untuk memberikan tindakan perawatan dalam
asuhan keperawatan yang diarahkan kepada pembentukan tingkat kenyamanan pasien,
manajemen rasa sakit dan keamanan. Perawat harus mampu mamahami faktor psikologis
dan emosional yang berhubungan dengan diagnosa penyakit, dan perawat juga harus
terus mendukung pasien dan keluarga dalam menjalani proses penyakitnya.
No comments:
Post a Comment