Thursday 3 September 2015

ASUHAN KEPERAWATAN RETENSI URIN



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG MASALAH
Retensio urine adlah ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut. (Brunner & Suddarth). Retensio urine adalah sutau keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak punya kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna. (PSIK UNIBRAW).
Urin merupakan hasil dari ekskresi manusia yang dihasilkan dari penyaringan darah yang dilakukan di ginjal. Urin normal berwarna kekuning-kuningan atau terang dan transparan.Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorbsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis.
Dalam urin bisa terdapat amonia. Amonia adalah suatu produk yang dihasilkan ketika proses pencernaan protein. Hati memproduksi amonia yang berbahaya terutama jika fungsi hati juga tidak berjalan dengan baik.
Setiap menit akan mengalir sejumlah 1060 ml darah (1/5 cardic out put) menuju ke 2 ginjal melalui arteri renalis. Dari jumlah  tersebut darah yang akan kembali melalui vena renalis sejumlah 1059 ml sedangkan sisanya sebesar 1 ml akan keluar sebagai urin.
Proses    Miksi    (Rangsangan   Berkemih)
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).

1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
a)      Apa yang dimaksud denganRetensi urine  ?
b)      Bagaimana anatomi dan fisiologi Perkemihan   ?
c)      Apa penyebab dari Retensi urine?
d)     Apa saja faktor resiko dari Retensi urine?
e)      Bagaimana klasifikasi dari Retensi urine  ? 
f)       Bagaimana patofisiologi dan pathway dari Retensi urine?
g)      Apa saja manifestasi klinis  dari  Retensi urine?
h)      Apa komplikasi yang akan ditimbulkan dari  Retensi urine ?
i)        Bagaimana pemeriksaan diagnostik dariRetensi urine ?
j)        Bagaimana penatalaksanaan dariRetensi urine?
k)      Bagaimana pencegahan dari Retensi urine?

1.3 TUJUAN PENULISAN
            Tujuan penulisan  ini dibedakan menjadi dua yakni :
A.    TUJUAN UMUM
            Tujuan penulisan  ini secara umum adalah agar mahasiswa dapat memahami “LANDASAN TEORI “Retensi urine” dan bisa di terapkan dalam praktek keperawatan nantinya.

B.     TUJUAN KHUSUS
Tujuan penulisan dari makalah ini diantaranya sebagai berikut :
a.       Memahami tentang pengertian dari Retensi urine
b.      MemahamikembalianatomidanfisiologiPerkemihan
c.       MemahamitentangetiologidariRetensi urine
d.      Memahamitentangfaktor resikodariRetensi urineMemahamitentangklasifikasidariRetensi urine Memahamitentangpatofisiologi/pathway dariRetensi urine
e.       MemahamitentangmanifestasiklinisdariRetensi urine
f.       MemahamikomplikasidariRetensi urine
g.      MemahamitentangpemerikaandiagnosadariRetensi urine
h.      MemahamitentangpenatalaksanaanmedisdariRetensi urine
i.        Memahami tentang pencegahan dari Retensi urine
j.        MemenuhitugasmatakuliahSistem perkemihan

1.4  METODE PENULISAN
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah yang berjudul “LANDASAN TEORI  Retensi urine” ini adalah Berdasarkan metode literature (pustaka) , mengintisarikan buku-buku  pustaka dan informasi didapat dari jaringan internet.

1.5   SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika dalam penulisan makalah ini diantaranya sebagai berikut,
BAB I    Pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusanmasalah, tujuan penulisan,
   metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II  Tinjauan Teori terdiri dari pengertian, anotomifisiologi, etiologi, faKtor
resiko, klasifikasi, patofisiologi / pathway, manifestasiklinis, komplikasi,
pemeriksaandiagnostik, penatalaksanaanmedis dan pencegahan .
BAB IIIPenutup terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN RETENSI URIN

2.1 PENGERTIAN RETENSI URIN
Retensi urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan  tidak mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna. Retensio urine  adalah kesulitan miksi karena kegagalan urine dari  fesika urinaria. (Kapita Selekta  Kedokteran).
Retensio urine adalah tertahannya urine di dalam kandung kemih, dapat terjadi secara akut maupun kronis. (Depkes RI Pusdiknakes 1995). Retensio urine adalah ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut.(Brunner & Suddarth).
Retensio urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak punya kemampuan untuk mengosongkannya secara
sempurna. (PSIK UNIBRAW).
 
2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN
 Struktur anatomi dan fisiologi system urinaris bagian bawah[1]
Sistem urinaria bagian bawah terdiri atas buli-buli dan uretra yang keduanya harus bekerja secara sinergis untuk dapat menjalankan fungsinya dalam menyimpan (storage) dan mengeluarkan (voiding) urine. Buli-buli merupakan organ berongga yang terdiri atas mukosa, otot polos destrusor, dan serosa. Pada perbatasan antara buli-buli dan uretra, terdapat sfingter uretra interna yang terdiri atas otot polos. Sfingter interna ini selalu tertutup pada saat fase miksi atau pengeluaran (evacuating). Di sebelah distal dari uretra posterior terdapat sfingter uretra eksterna yang terdiri atas otot bergaris dari otot dasar panggul. Sfingters ini membuka pada saat miksi sesuai dengan perintah dari korteks serebri. ( buku dasar-dasar urologi )
Pada fase pengisian, terjadi relaksasi otot destrusor dan pada fase pengeluaran urine terjadi kontraksi otot detrusor. Selama pengisian urine, buli-buli mampu untuk melakukan akomodasi yaitu meningkatkan volumenya dengan mempertahankan tekanannya dibawah 15 cm H2O, sampai volumenya cukup besar. ( buku dasar-dasar urologi )
     Perubahan normal pada sistem renal dan urinaria akibat penuaan dirangkum dalam tabel :[2]
TABEL : PERUBAHAN NORMAL SISTEM RENAL DAN URINARIA AKIBAT PENUAAN
Perubahan Normal TerkaitUsia
ImplikasiKlinis
Penebalandasarmembran
Penurunan area permukaan glomerular
Penurunanpanjangdan volume tubulusproksimal
Penurunanalirandarahvaskuler
Penurunanmasaotot yang tidakberlemak
Peningkatan total lemaktubuh
Penurunancairanintrasel
Penurunansensasihaus
Penurunankemampuanuntukmemekatkan urine
Penurunanhormon yang pentinguntukabsorpsikalsiumdarisaluran gastrointestinal
Penurunankapasitaskandungnkemih
Peningkatan volume residu peningkatankontraksikandungkemih yang tidakdisadari
Atropipadaototkandungkemihsecaraumum
Filtrasidarahkurangefisien




Penurunan total cairantubuh
Resikodehidrasi




Peningkatanresiko osteoporosis


Peningkatanresikoinkontinensia

2.3 ETIOLOGI
Adapun penyebab dari penyakit retensio urine adalah sebagai berikut:
a.Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla spinallis S2 S4 setinggi T12L1.Kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis baik sebagian ataupun seluruhnya, misalnya pada operasi miles dan mesenterasi pelvis, kelainan medulla spinalis, misalnya miningokel,tabes doraslis, atau spasmus sfinkter yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat.
b.Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, atoni pada pasien DM atau penyakit neurologist, divertikel yang besar.
c.Intravesikal berupa pembesaran prostate, kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil,tumor pada leher vesika, atau fimosis.
d.Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran porstat, kelainan patologi urethra(infeksi, tumor, kalkulus), trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih.
e.Beberapa obat mencakup preparat antikolinergik antispasmotik (atropine), preparatantidepressant antipsikotik (Fenotiazin), preparat antihistamin (Pseudoefedrin hidroklorida= Sudafed), preparat penyekat β adrenergic (Propanolol), preparat antihipertensi(hidralasin)
Etiologo dari retensi urin juga dapat di kelompokan berdasarkan bentuk- bentuknya :
no
Bentuk-bentukretensi
Penyebab
1
ObstruksiMekanis
·         Struktururetha
·         malformasisalurankemih
·         Malformasi sum-sum belakang
2
Kongenital
·         Kalkulus
·         Inflamasi
·         Trauma
·         Tumor
·         Hyperplasia
·         kehamilan
3
Yang di dapat
·         disfungsi neurologic
·         refluksureteroversikalis
·         berkurangnyaaktifitas peristaltic ureter
4
Obstruksifungsional
·         Atrofiobat detrusor
·         Cemas, sepertitakutnyerisetelahoperasi
·         Obat-obatan, seperti anesthesia, narkotikasedatifadanantihistamin
 
2.4 KLASIFIKASI RETENSI URINE
RETENSI URIN dapat dikelompokan menjadi 2 :

1. Retensi urin akut

Retensi urin yang akut adalah ketidakmampuan berkemih tiba-tiba dan disertai rasa sakit meskipun buli-buli terisi penuh. Berbeda dengan kronis, tidak ada rasa sakit karena urin sedikit demi sedikit tertimbun. Kondisi yang terkait adalah tidak dapat berkemih sama sekali, kandung kemih penuh, terjadi tiba-tiba, disertai rasa nyeri, dan keadaan ini termasuk kedaruratan dalam urologi. Kalau tidak dapat berkemih sama sekali segera dipasang kateter

2. Retensi urin kronik
Retensi urin kronik adalah retensi urin ‘tanpa rasa nyeri’ yang disebabkan oleh peningkatan volume residu urin yang bertahap. Hal ini dapat disebabkan karena pembesaran prostat, pembesaran sedikit2 lama2 ga bisa kencing. Bisa kencing sedikit tapi bukan karena keinginannya sendiri tapi keluar sendiri karena tekanan lebih tinggi daripada tekanan sfingternya. Kondisi yang terkait adalah masih dapat berkemih, namun tidak lancar , sulit memulai berkemih (hesitancy), tidak dapat mengosongkan kandung kemih dengan sempurna (tidak lampias). Retensi urin kronik tidak mengancam nyawa, namun dapat menyebabkan permasalahan medis yang serius di kemudian hari.
Perhatikan bahwa pada retensi urin akut, laki-laki lebih banyak daripada wanita dengan perbandingan 3/1000 : 3/100000. Berdasarkan data juga dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya umur pada laki-laki, kejadian retensi urin juga akan semakin meningkat. 
 
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Pada retensi urin akut di tandai dengan nyeri, sensasi kandung kemih yang penuh dan distensi kandung keimih yan ringan. Pada retensi kronik ditandai dengan gejala iritasi kandung kemih ( frkuensi,disuria,volume sedikit) atau tanpa nyeri retensi yang nyata.
Adaun tanda dan gejala dari pnyakit retensi urin ini adalah :
1.             Di awali dengan urin mengalir lambat
2.             Terjadi poliuria yang makin lama makin parah karena pengosongan kandung kemih tidak efisien.
3.             Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih
4.             Terasa ada tekanan, kadang trasa nyeri dan kadang ingin BAK
5.             Pada retensi berat bisa mencapai 2000-3000 cc
Tanda klinis retensi:
a.       Ketidak nyamanan daerah pubis
b.      Distensi vesika urinia.
c.       Ketidak sanggupan untuk berkemih.
e.       Ketidak seimbangan jumlah urin yang di keluarkan dengan  asupannya.
Retensi urine dapat menimbulkan infeksi yang bisa terjadi akibat distensi kandung kemih yang berlebihan gangguan suplai darahpada dinding kandu kemih dan proliferasi bakteri. Gangguan fungsi renal juga dapat terjadi, khususnya bila terdapat obstruksi saluran kemih.

2.6 FATOFISIOLOGI
Secara garis besar penyebab retensi dapat dapat diklasifikasi menjadi 5 jenis yaitu :
akibat :
1.obstruksi,
2.infeksi
3.farmakologi
4.neurologi
5. faktor trauma.
Obstruksi pada saluran kemih bawah dapat terjadi akibat faktor intrinsik, atau faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik berasal dari sistem saluran kemih dan bagian yang mengelilinginya seperti pembesaran prostat jinak, tumor buli-buli, striktur uretra, phimosis, paraphimosis, dan lainnya. Sedangkan faktor ekstrinsik, sumbatan berasal dari sistem organ lain, contohnya jika terdapat massa di saluran cerna yang menekan leher buli-buli, sehingga membuat retensi urine. Dari semua penyebab, yang terbanyak adalah akibat pembesaran prostat jinak. Penyebab kedua akibat infeksi yang menghasilkan peradangan, kemudian terjadilah edema yang menutup lumen saluran uretra. Reaksi radang paling sering terjadi adalah prostatitis akut, yaitu peradangan pada kelenjar prostat dan menimbulkan pembengkakan pada kelenjar tersebut. Penyebab lainnya adalah uretritis, infeksi herpes genitalia, vulvovaginitis, dan lain-lain. 3 Medikasi yang menggunakan bahan anti kolinergik, seperti trisiklik antidepresan, dapat membuat retensi urine dengan cara menurunkan kontraksi otot detrusor pada bulibuli.
Obat-obat simpatomimetik, seperti dekongestan oral, juga dapat menyebabkan retensi urine dengan meningkatkan tonus alpha-adrenergik pada prostat dan leher bulibuli. Dalam studi terbaru obat anti radang non steroid ternyata berperan dalam pengurangan kontraksi otot detrusor lewat inhibisi mediator prostaglandin. Banyak obat lain yang dapat menyebabkan retensi urine.
 Secara neurologi retensi urine dapat terjadi karena adanya lesi pada saraf perifer, otak, atau sumsum tulang belakang. Lesi ini bisa menyebabkan kelemahan otot detrusor dan inkoordinasi otot detrusor dengan sfingter pada uretra.
Penyebab terakhir adalah akibat 5 trauma atau komplikasi pasca bedah. Trauma langsung yang paling sering adalah straddle injury, yaitu cedera dengan kaki mengangkang, biasanya pada anak-anak yang naik sepeda dan kakinya terpeleset dari pedalnya, sehingga jatuh dengan uretra pada bingkai sepeda.
 
2.7 KOMPLIKASI
a.         Urolitiasis atau nefrolitiasis
Nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis renal, sedangkan urolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam sistem urinarius. Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) ditraktus urinarius. Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat.
b.         Pielonefritis
Pielonefritis adalah radang pada ginjal dan saluran kemih bagian atas. Sebagian besar kasus pielonefritis adalah komplikasi dari infeksi kandung kemih (sistitis). Bakteri masuk ke dalam tubuh dari kulit di sekitar uretra, kemudian bergerak dari uretra ke kandung kemih. Kadang-kadang, penyebaran bakteri berlanjut dari kandung kemih dan uretra sampai ke ureter dan salah satu atau kedua ginjal. Infeksi ginjal yang dihasilkan disebut pielonefritis.
c.       Hydronefrosis
d.      Pendarahan
e.       Ekstravasasi urine

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Adapun pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada retensio
urine adalah sebagai berikut :
· Pemeriksaan specimen urine.
· Pengambilan: steril, random, midstream.
· Penagmbilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, KEton, Nitrit.
· Sistoskopy, IVP
 
Table urinalitis
no
Pemeriksaan
Normal
Abnormal

Warna
Kekuning-kuningan
Merah: menunjukanhematuri( kemungikanobstruksiurunkalkulus, renalis tumor, kegagalanginjal )


Kejernihan
Jernih
Keruh : terdapatkotoran , sendimenbakteri ( infeksiurinaria)


Bobotjenis

1.003-100351

Biasanyamenunjukan intake cairansemakinsedikitiritancairansemakintinggibobtjenis
Bilabobotjenihtetaprendah (1.010-1.014) di dugaterdapatpenyakitginjal.



Protein
0-8 mg/dl
Proteinuria dapatterjadiksrena diet tinggi protein dankarenabanyakgerakan ( terutama yang lama )

Gula
0
Terlihatpadapenyakit renal

Eritrosit
0-4
cederajaringanginjal

Leukosit
0-5
Infeksisalurankemih

Cast/silinder
0
Infeksisaluranginjal, penyakit renal

PH
4.6-6.8 ( rata-rata 6.0 )
Alkali biladibiarkanataupadainfeksisaluranKemih .tingkatasammeningkatpadaasidosistubulusrenalis

Keton
0
Ketonuriaterjadikarenakelaparandanketoasidosis diabetic
2.9            PENATALAKSANAAN
Bila diagnosis retensi urin sudah ditegakkan secara benar, penatalaksanaan ditetapkan
berdasarkan masalah yang berkaitan dengan penyebab retensi urinnya.
Pilihannya adalah

1. Kateterisasi

2. Sistostomi suprapubik

- trokar

- terbuka

3. Pungsi suprapubik

1.) Kateterisasi
Syarat-syarat
- dilakukan dengan prinsip aseptik
- digunakan kateter nelaton/sejenis yang tidak terlalu besar, jenis Foley
- diusahakan tidak nyeri agar tidak terjadi spasme dari sfingter.
- diusahakan dengan sistem tertutup bila dipasang kateter tetap.
- diberikan antibiotika profilaksis sebelum pemasangan kateter 1 X saja (biasanya
  tidak diperlukan antibiotika sama sekali). Kateter tetap dipertahankan sesingkat
  mungkin, hanya sepanjang masih dibutuhkan.
Teknik kateterisasi
- Kateter Foley steril, untuk orang dewasa ukuran 16-18 F.
- Desinfeksi dengan desinfektans yang efektif, tidak mengiritasi kulit genitalia (tidak
   Mengandung alkohol)
- Anestesi topikal pada penderita yang peka dengan jelly xylocaine 2-4% yang  dimasukkan dengan semperit 20cc serta "nipple uretra" diujungnya. Jelly tersebut sekaligus berperan sebagai pelicin. (Pada batu atau striktura uretra, akan dirasakan  hambatan pada saat memasukkan jelly tersebut)
- Kateter yang diolesi jelly K-Y steril dimasukkan kedalam uretra. Pada penderita
wanita biasanya tidak ada masalah. Pada penderita pria, kateter dimasukkan dengan halus sampai urin mengalir (selalu dicatat jumlah dan warna / aspek urin),  kemudian balon dikembangkan sebesar 5-10 ml. .
- Bila diputuskan untuk menetap, kateter dihubungkan dengan kantong penampung steril dan dipertahankan sebagai sistem tertutup.
- Kateter di fiksasi dengan plester pada kulit paha proksimal atau didaerah inguinal dan diusahakan agar penis mengarah kelateral, hal ini untuk mencegah terjadinya nekrosis akibat tekanan pada bagian ventral uretra di daerah penoskrotal Perawatan Kateter tetap Penderita dengan kateter tetap harus
- Minum banyak untuk menjamin diuresis
- Melaksanakan kegiatan sehari-hari secepatnya bila keadaan mengijinkan Membersihkan ujung uretra dari sekrit dan darah yang mengering agar pengaliran sekrit dan lumen uretra terjamin.
- Mengusahakan kantong penampung urin tidak melampaui ketinggian buli-buli agar urin tidak mengalir kembali kedalamnya
- Mengganti kateter (nelaton) setiap dua minggu bila memang masih diperlukan untuk mencegah pembentukan batu (kateter silikon : penggantian setiap 6-8 minggu sekali)
2). Sistostomi suprapubik
ü  Sistostomin Trokar
Indikasi
1. Kateterisasi gagal : striktura, batu uretra yang menancap (impacted).
2. Kateterisasi tidak dibenarkan : kerobekan uretra path trauma.
Syarat-syarat:
- Retensi urin dan bull-buli penuh, kutub atas lebih tinggi pertengahan jarak antara simfisis -umbilikus
- Ukuran kateter Foley lebih kecil daripada celah dalam trokar (< - > 20F)dorongan
kelewatan sehingga trokar menembus dinding belakang buli-buli.
ü  Sistostomi Terbuka
Indikasi
- lihat sistostomi trokar
- bila sistostomi trokar gagal
- bila akan melakukan tindakan tambahan seperti mengambil batu di dalam bull-buli, evaluasigumpalan darah, memasang "drain" di rongga Retzii, dan sebagainya.
-          Perawatan kateter sistostomi jauh lebih sederhana daripada kateter tetap melalui uretra. Demikianpula penggantian kateter sistostomi setiap dua minggu, lebih mudah dan tidak menimbulkan nyeriyang berarti. Kadang-kadang saja urin merembes di sekitar kateter.
3). Pungsi Buli-Buli
Merupakan tindakan darurat sementara bila keteterisasi tidak berhasil dan fasilitas / sarana untuksistostomi baik trokar maupun terbuka tidak tersedia. Digunakan jarum pungsi dan penderitasegera dirujuk ke pusat pelayanan dimana dapat dilakukan sistostomi. Penderita dan keluarga harus diberi informasi yang jelas tentang prosedur ini karena tanpatindakan susulan sistostomi, buli-buli akan terisi penuh kembali dan sebagian urin merembesmelalui lubang bekas pungsi.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1.      Identitas
Nama, Umur, Jenis kelamin, agama, suku, bangsa, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk Rumah Sakit.
2.      Keluhan utama
Biasnaya klienmerasakanrasa tidak enak pada uretra kemudian di ikuti nyeri ketika berkemihatau nyeri saat kencing.
3.      Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan penyebab terjadinya infeksi, bagaimana gambaran rasa nyeri, daerah mana yang sakit, apakah menjalar atau tidak, ukur skala nyeri, dan kapan keluhan dirasakan.
4.      Riwayat penyakit dulu
Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit parah sebelumnya
5.      Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah keluarga klien ada yang menderita penyaki yang sama dengan klien

3.2 PENGUMPULAN DATA
Ø  Aktivitas/istirahat
Gejala              : Tidak bisa tidur/istirahat dengan tenang jika rasa nyeri timbul
Tanda              : Gelisah
Ø  Eliminasi
Gejala              : Penrunan dorongan aliran urine, keragu-raguan pada awal berkemih,
kandung kemih terasa pnuh, tidak dapat erkemih kecuali dngan cara
mengejan, urin keluar sedikt-sedikit.
            Tanda              : disensi vesika urinaria, pengeuaran urin < 1500 ml/hari, pengeluaran urin
sedikit , nampak pemasangan kateter.
Ø  Makanan/ cairan
Gejala              : klien mengeluh tidak nafsu makan , klien mengluh mual muntah
Tanda              : penurunan BB < porsi makan tidak dihabiskan
Ø  Sesksualitas    
Gejala              : penurunan kemampuan dalam melakukan hubungan seksual.
Ø  Nyeri/kenyamanan
Gejala              : klin mengeluh nyeri saatberkemih
Tanda              : ekspresi wajah nampak mringas dan tampak memegang area yang sakit
Ø  Integritas ego
Gejala              : klien megeluh mengenai penyakitnya
Tanda              : klin tampak gelisah

3.3 PENGELOMPOKAN DATA
Data subjektif :
ü  Klien mengeluh tidak bisa tidurr dan istirahat
ü  Klien mengeluh berkemih dengan cara mengejan
ü  Klien mengeluhkan keragu-raguan pada saat berkemih
ü  Klien mengeluhkan kandung kemih nya terasa pnuh
ü  Klien menglh urinnya keluar sedikit-sedikit
ü  Klien mengeluhkan tidak nafsu makan
ü  Klien mengeluh mual dn muntah
ü  Klien mengluhkan penurunan kemampuandalam mlakukan hubungan seksual
ü  Klien menglh nyeri pada saa berkemih
ü  Klien mengeluh khawatir dengan penyakitnnya
Data Objektif
ü  Gelisah
ü  Distensi vesika urinaria
ü  Pengeluaran urin < 1500 ml/hari
ü  Penurunan BB , orsi makan tamak tidak di habiskan
ü  Ekspresi wajah meringis saat neri timbul
ü  Nyeri tekan daerah suprapubik
ü  Distensi abdomen
ü  Tampak engeluran urin sedikit
ü  Tamak memegaang area yang sakit

3.4 ANALISA DATA
NO
Masalah
Etiologi
Diagnosa medis
1
Data subjekif :
-        Klienmengeluh nyeripadasaat berkemih
-        Klienmengeluh tidakbisatidurrdanistirahat
-        Klienmengeluhberkemihdengancaramengejan
Data objektif :
-        Nyeritekandaerahsuprapubik
-        Gelisah
-        Distensivesikaurinaria
-        Ekspresiwajahmeringissaatneritimbul

Faktor penyebab
 

Retensi urin


Distensi vesika urinaria


Menekan saraf disekitar


Merangsang pengeluaran bradikinin,serotinin, postaglandin


Impuls nyeri di sampaikan ke thalamus


Nyeri di persepsikan


Nyeri
2.
Data subjektif
-        Klien mengeluhkan mengendan pada saat berkemih
-        Klien mengeluh kandung kemih trasa penuh
-        Klien mengeluhkan tidak dapat berkemih
-        Klien mengeluh urinnya keluar sedikit-sedikit.
Data objektif :
Pengeluaran urin sedikit
Distensi visuka urinaria
Pengeluaran urin < 1500 ml / hari

Kerusakan pusat miksi di medula spinalis


Kerusakan simpatis dan parasimpatis sebagian atau seluruhnya


Tidak terjadi koneksi dengan otot detrusor


Menurunnya relaksasi otot spinkter


Obstruksi uretra


Urin sisa meningkat


Dilatasi bladder/distensi abdomen


Retensi urin
Gangguan pola eliminasi retensi urin
3.
Ds :
-         



3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN
3.4.1 Nyeri b/d agen cidera biologis
3.4.2 gangguan eliminasi urine b/d retensi urine

3.5 INTERVENSI KEPERAWATAN
NO
Diagnsa keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil ( NOC )
Intervensi(NIC)
1.
Nyeri akut b/d agen cidera biologis
Definisi:
sensoriyangtidak
menyenangkan            dan
pengalamanemosionalyang  munculsecaraaktual
ataupotensial, kerusakanjaringanataumenggambarkanadanyakerusakan..
Setelahdilakukantindakankeperawatanselama
......  x24  jam  pasiendapatmengontrolnyeri
denganindikator:
·         MengenalifaktorpenyebabMengenali onset (lamanyasakit)
·         Menggunakanmetodepencegahan
·         Menggunakanmetodenonanalgetikuntukmenguranginyeri
·         Menggunakan Analgetiksesuaikebutuhan
·         Mencaribantuantenagakesehatan
·         MelaporkanGejala       Padatenagakesehatan
·         Menggunakan sumber-sumberyangtersedia
·         Mengenaligejala-gejalanyeri   
·         MencatatPengalamannyeri
·         Sebelumnya
·         Melaporkannyerisudahterkontrol
Intervensi:
·         lakukanpengkajiannyerisecarakomprehensiftermasuklokasi,karakteristik, durasi, frekuensi,
·         kualitasdanfaktorpresipitasi
·         observasireaksi            nonverbaldariketidaknyamanan                                 
·         gunakanteknikkomunikasiterapeutikuntukmengetahuipengalamannyeripasien
·         kajikultur yang mempengaruhiresponnyeri
·         evaluasipengalamannyerimasalampau
·         evaluasibersamapasiendantimkesehatan laintentangketidakefektifankontrolnyerimasalampau
·         bantu  pasiendankeluargauntukmencaridanmenemukandukungan
·         kontrollingkungan  yang  dapatmempengaruhinyerisepertisuhuruangan,  pencahayaandankebisingankurangifaktorpresipitasi
·         pilih     dan      lakukan            penanganannyeri
·         (farmakologi,   non   farmakologidan   interpersonal)
·         kajitipedansumbernyeriuntukmenentukan
·         intervensiajarkantentangteknik non farmakologi       
·         evaluasikeefektifankontrolnyeri tingkatkanistirahat                          
2
Gangguaneliminasi urine b/d retensi urine
NOC :
·         Symptom severity
·         Urinary elimination

Kriteriahasil :
·         Pengosongan bladder
·         Secarasempurna
·         Warnaurindbn
·         Bauurindbn
·         Urinterbebasdaripartikel
·         Balance cairanselama 24 jam
·         Urindapatkeluartanpakesakitan
·         Kajisecara verbal dan nonverbal responklienterhadaptubuhnya
·         Kajiulangfrekuensimengkritikdirinya
·         Bimbingpasienuntukmencaripenyebabperubahantubuhnya
·         Dorongklienmengungkapkanperasaannya(identifikasikebiasaanpositifdarikehidupanklienuntukmeningkatkanhargadiriklien)
·         Identifikasiartipenguranganmelaluipemakaianalat bantu (denganmenggunakankateterakanmengurangidampakmengompol, tubuhbaupesing)
·         Jelaskantentangpengobatan, perawatan, kemajuandan prognosis penyakit (tawarkanbantuandariprofesional lain sprtpsikolog, ahlikonselingseksual)
·         Fasilitasikontakdenganindividu lain dalamkelompokkecil yang memilikikasusserupa
3.




3.6 EVALUASI  KEPERAWATAN
Hasil yang diharapkan setelah pasien Retensi urine mendapatkan intervensi dan implementasi keperawatan adalah :
·         gangguan pemenuhan eliminasi urine teratasi ditandai dengan adanya urine pasien keluar secara normal (tidak keluar saat batuk, tertawa, mengedan, mengangkat benda berat,dll), jumlah urine yang keluar normal (400 – 500 ml), dan pasien tidak mengompol lagi.
·         Kerusakan integritas kulit teratasi ditandai dengan adanya kulit pasien masih utuh, tidak lesi, kemerahan tidak ada, rasa gatal berkurang, dan daerah genitalia pasien tidak lagi lembab.
·         Gangguan citra tubuh teratasi ditandai dengan adanya klien mulai percaya diri, dan harga diri klien meningkat, tidak ada lagi perasaan malu atau minder dalam bersosialisasi dengan orang disekitarnya, bisa menyesuaikan diri dengan status kesehatannya

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dan hasil analisa dari bab I sampai pada bab III dapat disimpulkan bahwa : Retensio urine adalah ketidakmampuan melakukan urinasi meskipun terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut atau tertahanya urine didalam kandung kemih.
Klien dengan retensio urine dapat terjadi karena berbagai factor seperti:
·         Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang,
·         pembesaran porstat
·         kelainan patologi urethra.
Oleh karena itu perlu dilakukan perawatan dan Penatalaksanaan pada kasus retensio urine dengan cara :
a Kateterisasi urethra.
b. Dilatasi urethra dengan boudy.
c. Drainage suprapubik.

4.2 SARAN
Sebagai seorang perawat, sudah menjadi kewajiban untuk memberikan tindakan perawatan dalam asuhan keperawatan yang diarahkan kepada pembentukan tingkat kenyamanan pasien, manajemen rasa sakit dan keamanan. Perawat harus mampu mamahami faktor psikologis dan emosional yang berhubungan dengan diagnosa penyakit, dan perawat juga harus terus mendukung pasien dan keluarga dalam menjalani proses penyakitnya.


[1] Buku dasar-dasar urologi
[2] Buku komunitas

No comments:

Post a Comment